JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi perekonomian global semakin tidak menentu, imbas dari perang Rusia-Ukraina yang tidak berkesudahan hingga kebijakan normalisasi moneter yang agresif guna merespons lonjakan inflasi.
Di tengah kondisi perekonomian yang mengalami banyak tekanan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimistis, kinerja fungsi intermediasi perbankan nasional tetap tumbuh positif hingga penghujung tahun ini.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengakui, ke depan sektor perbankan akan menghadapi berbagai tantangan, seperti normalisasi kebijakan moneter, terutama dengan adanya kenaikan rasio giro wajib minimum (GWM).
Baca juga: Bank Dunia Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022 Tumbuh 5,1 Persen
Peningkatan GWM secara bertahap yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) berpotensi menguras likuiditas perbankan, sehingga kemampuan pendanaan bank berkurang.
"Namun kami tetap optimis bahwa intermediasi perbankan akan terus membaik, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional," ujar Andry, secara virtual, Rabu (22/6/2022).
"Kami melihat pertumbuhan kredit perbankan akan membaik dan mencapai 7,5 persen pada akhir tahun," tambahnya.
Meskipun GWM telah mengalami kenaikan secara bertahap, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat masih tumbuh pesat selama beberapa bulan terakhir.
Teranyar, pada April 2022 DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 10,1 persen secara tahunan (year on year/yoy), di mana hal ini membuat likuiditas perbankan tetap terjaga.
Adapun rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan tercatat mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya kredit menjadi 80 persen.
"Rasio LDR yang mencerminkan likuiditas perbankan masih rendah," kata Andry.
Kondisi perekonomian nasional masih positif
Tren pertumbuhan kredit diproyeksi berlanjut, selaras dengan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini yang akan lebih baik dibandingkan dengan periode tiga bulan pertama 2022.
"Penghitungan berdasarkan nowcasting kami sementara ini pertumbuhan kuartal II akan berkisar 5,2 persen hingga 5,3 persen," kata Andry.
Proyeksi itu dibuat dengan melihat kondisi perekonomian Indonesia yang masih menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi dengan berbagai faktor.
Dari sisi konsumsi, belanja masyarakat pada periode tiga bulan kedau tahun ini sudah mencapai level tertinggi sepanjang pandemi Covid-19.
Hal itu ditunjukan oleh Mandiri Spending Index (MSI) di mana indeks frekuensi belanja berada di level 185,5, sementara indeks nilai belanja naik ke level 159,9, indeks tertinggi sepanjang pandemi.
"Hal ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang signifikan jika dibandingkan dengan periode dua tahun sebelumnya, yang berjalan beriringan dengan pelonggaran mobilitas masyarakat," ujar Andry.
Selain itu, tingkat belanja di semua wilayah kembali meningkat sejak awal Maret 2022.
Andry mengungkapkan, perbaikan tingkat belanja tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah yang terimbas kenaikan harga komoditas, namun juga di wilayah yang mengandalkan pariwisata.
Baca juga: Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh Pesat, Likuiditas Tetap Terjaga
Dari sisi produksi, pemulihan ekonomi sektoral juga menunjukan arah yang semakin solid, ditunjukan semakin banyak sektor dengan level PDB sektoralnya sudah melebihi level sebelum pandemi Covid-19.
"Pertumbuhan ekonomi sektoral pun semakin kuat, impor bahan baku dan barang modal meningkat, mengindikasikan pergerakan ekonomi yang terus membaik," ujar Andry.
Namun demikian, Andry meyebutkan, pemulihan ekonomi ke depan dihadapkan pada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai dan diantisipasi.
Mulai dari kenaikan harga-harga energi, seperti minyak, gas dan batubara, dan juga pangan yang akan meningkatkan biaya produksi dan konsumsi.
Kemudian, produsen akan meningkatkan harga jual di tingkat konsumen (pass-through).
"Resiko rupiah terdepresiasi yang dapat meningkatkan biaya-biaya dari bahan baku impor," ucap Andry.
Baca juga: Penipuan Bermodus Media Sosial Palsu Perbankan Marak, Apa yang Perlu Dilakukan Nasabah?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.