JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2022 di kisaran 4,8 persen - 5,3 persen. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia tidak termasuk negara yang ambruk ekonominya.
Sri Mulyani sebagai bendahara negara ini menyebut, realisasi pertumbuhan ekonomi 2022 kemungkinan akan mendekati level atas, yakni sekitar 5 persen. Namun, realisasi tetap menunggu perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS).
"Proyeksi ekonomi kuartal II 2022 dalam hal ini masih di kisaran 4,8 persen dengan upper end di 5,3. Kita mungkin memperkirakan akan mendekati angka 5 daripada lower bound-nya, tapi nanti kita akan lihat angka bulan Juni ini," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN Kita, Kamis (23/6/2022).
Baca juga: Bank Dunia Proyeksi Subsidi Energi Buat PLN dan Pertamina Bengkak Jadi 1,5 Persen PDB
Sri Mulyani yang karib disapa Ani ini menuturkan, pertumbuhan ekonomi 2022 itu akan ditopang oleh konsumsi masyarakat yang sempat terkontraksi saat pandemi Covid-19.
Selain konsumsi masyarakat, pertumbuhan juga ditopang oleh investasi dalam bentuk berbagai macam ekspansi bisnis, maupun dari ekspor dan impor. Ani mengaku senang lantaran pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2022 tidak lagi mengandalkan APBN atau konsumsi pemerintah.
"Bahkan APBN sekarang mulai bergeser menjadi instrumen untuk menjaga shock tapi bukan sebagai lokomotif utama pertumbuhan ekonomi, karena sekarang mesin pertumbuhan sudah mulai menyala di konsumsi, investasi, dan ekspor," ungkap Sri Mulyani.
Baca juga: OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,7 Persen
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2022 hingga 5 persen pada kuartal II 2022 juga mampu tercapai lantaran berbagai indikator perekonomian terkini menunjukkan tren pemulihan.
Indeks mobilitas masyarakat meningkat menjadi 18,2 per 18 Juni 2022 karena adanya pelonggaran mudik Lebaran. Angka ini lebih tinggi dibanding mobilitas masyarakat di kuartal I 2022 yang masih sekitar 7,1.
Lalu, indeks penjualan ritel (retail sales index) meningkat menjadi 5,4 persen (yoy) pada Mei 2022. Tercatat, impor bahan baku dan barang modal meningkat masing-masing 33,9 persen dan 29,2 persen.
"Ini berarti permintaan terhadap produksi meningkat. Kapasitas permintaan produksi manufaktur meningkat, dan makin mendekati pra Covid-19 level. Jadi industri manufaktur ini belum mencapai pra Covid-19 level tapi mulai mendekati," beber Sri Mulyani.
Baca juga: Kembali Cerah, Perekonomian Indonesia Tumbuh 5,01 Persen pada Kuartal I-2022
Kemudian, konsumsi listrik industri dan bisnis hingga akhir Mei meninggi. permintaan listrik pada sektor bisnis tumbuh 9,3 persen, sementara konsumsi industri tumbuh 16,4 persen.
"Dan kalau kita lihat mandiri spending index, juga mengalami level tertinggi sejak Januari 2020 yaitu 149,2. Ini artinya kelompok menengah atas melakukan spending dengan kartu kredit, dan inilah yang menunjukkan kenaikan dari aktivitas ekonomi," tutur Ani.
Sri Mulyani tidak memungkiri, tren ini menunjukkan pemulihan yang baik bagi perekonomian. Konsumsi masyarakat meningkat, aktivitas bisnis dan produksi manufaktur membaik, dan investasi tumbuh tinggi.
"Dengan aktivitas yang masih akan kuat, kita akan lebih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2022 masih akan sangat kuat di sekitar 4,8-5,3 (persen) dengan titiknya di sekitar 5 (persen)," sebut Ani.
Baca juga: Jokowi Minta Semua Waspada: Ancaman Krisis Pangan dan Energi Terjadi di Semua Negara...