3. Satu kartu uang elektronik untuk satu penumpang dan pastikan saldo cukup
Saat akan menempelkan (tap) kartu uang elektronik, lagi-lagi langkah kami kembali terhenti lantaran saldo uang elektronik yang penulis gunakan tidak mencukupi.
Petugas MRT mengatakan, untuk menaiki MRT Jakarta minimal harus menyediakan saldo Rp 14.000 untuk sekali jalan.
Petugas juga menginformasikan satu kartu uang elektronik hanya bisa digunakan untuk satu penumpang.
"Saldo mbaknya kurang, minimal Rp 14.000," kata petugas MRT mejawab kebingungan penulis.
Kemudian, petugas mengarahkan kami yang akan menuju Stasiun Bundaran HI ke peron yang benar.
4. Tersedia gerbong khusus untuk pengguna stroller
Saat sudah sampai di peron, kami kembali diarahkan petugas untuk menunggu di garis antrean.
"Nanti masuknya dari sini saja ya, soalnya gerbong yang ini khusus buat stroller dan kursi roda," pesan petugas tersebut.
5. Dilarang berbicara di dalam gerbong
Nampaknya petugas-petugas di MRT Jakarta cukup tegas dalam menerapkan aturan untuk para penumpangnya, terutama aturan protokol kesehatan.
Pasalnya, saat di dalam kereta kami ditegur petugas karena mengajak berbicara anak kami yang baru pertama kali menaiki kereta.
"Dilarang berbicara selama di gerbong ya Bu," ujar petugas tersebut setengah berbisik kepada kami.
Kami pun diam, meskipun anak kami sesekali terdengar mengoceh karena antusias melihat pintu MRT yang bisa buka dan menutup otomatis.
Di dalam gerbong, penumpang yang kelihatannya mayoritas merupakan pekerja dengan patuh tidak ada yang berbicara dan menjaga jarak duduknya tanpa diminta. Nampaknya mereka sudah terbiasa menggunakan MRT sebagai transportasi untuk pergi dan pulang kerja.
Namun masih terlihat beberapa masyarakat awam seperti kami yang baru pertama kali menjajal moda transportasi ini. Sesekali mereka terdengar berbicara dan saling mengambil foto di dalam gerbong.