Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Ekonomi, Sri Lanka Tutup Satu-satunya Kilang Minyak di Negaranya

Kompas.com - 27/06/2022, 08:11 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber AFP

KOLOMBO, KOMPAS.com - Sri Lanka menutup satu-satunya kilang minyak yang dimilikinya. Hal tersebut merupakan imbas dari krisis ekonomi Sri Lanka yang melanda salah satu negara di Asia Selatan itu.

Dilansir dari AFP, Menteri Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera mengatakan, Ceylon Petroleum Corporation (CPC) telah menutup satu-satunya kilang minyak karena kekurangan minyak mentah.

"CPC yang dikelola negara tidak dapat memastikan kapan pasokan minyak segar akan berada di pulau itu untuk mengatasi krisis Sri Lanka kehabisan bensin," kata  Wijesekerakepada AFP, dikutip Kompas.com, Senin (27/6/2022),

Baca juga: Dinyatakan Bangkrut, Apa yang Bakal Terjadi pada Sri Lanka?

Dia menambahkan, kilang mulai beroperasi awal bulan ini mengolah 90.000 ton minyak mentah Rusia yang dibeli melalui Coral Energy yang berbasis di Dubai dengan persyaratan kredit dua bulan.

Wijesekera menyampaikan permintaan maaf karena pengiriman bensin, solar, dan minyak mentah yang dijadwalkan awal pekan ini dan minggu depan tidak akan terpenuhi tepat waktu. Hal itu terjadi karena alasan perbankan dan logistik.

Akibat Sri Lanka kehabisan bensin, stok BBM langka yang tersisa akan didistribusikan melalui beberapa SPBU.

"Angkutan umum dan pembangkit listrik akan diprioritaskan," tambah Wijesekera.

Menteri energi itu juga mengimbau para pengendara untuk tidak mengantre BBM.

Seperti diberitakan, ratusan ribu pengendara saat ini menghabiskan waktu berjam-jam menunggu bensin dan solar akibat krisis Sri Lanka bangkrut.

Adapun, krisis Sri Lanka buruk karena kekurangan devisa parah untuk membiayai impor barang yang paling esensial sekalipun. Hal tersebut termasuk biaya untuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Negara Asia Selatan itu kemudian meminta bantuan internasional.

Pekan lalu, pemerintah menutup lembaga negara non-esensial dan sekolah-sekolah selama dua minggu untuk mengurangi perjalanan karena krisis energi.

Beberapa rumah sakit di seluruh negeri juga melaporkan penurunan tajam dalam kehadiran staf medis karena Sri Lanka kehabisan bensin.

Baca juga: Bos BI Beberkan Biang Kerok Kacaunya Perekonomian di 60 Negara, Termasuk Sri Lanka

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Rabu (22/6/2022) memperingatkan parlemen, negara Asia Selatan berpenduduk 22 juta orang itu akan terus menghadapi kesulitan selama beberapa bulan lagi dan mendesak orang untuk menghemat bahan bakar.

"Ekonomi kita menghadapi kehancuran total," kata Wickremesinghe.

"Kita sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan," imbuh dia.

Sedikit informasi, krisis Sri Lanka terjadi setelah gagal bayar utang luar negeri 51 miliar dollar AS atau sekitar Rp 757,5 triliun pada April lalu.

Negara itu kini sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk bailout atau bantuan keuangan guna menyelamatkan dari kebangkrutan yang bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Hal tersebut dilakukan agar krisis ekonomi Sri Lanka segera berakhir.

Baca juga: Ini Cara agar Sri Lanka Bisa Kembali Bangkit dari Kebangkrutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com