JAKARTA, KOMPAS.com - Industri financial technology (fintech) lending masih sulit mencetak keuntungan. Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah mengatakan, salah satu faktor fintech lending belum dapat meraup untung karena beberapa fintech baru saja mendapat status berizin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Status berizin dampaknya signifikan karena hal tersebut bisa memberikan kepercayaan pada pemberi dana (lender) dari setiap pemain. Ketika masih berstatus terdaftar, lender masih mau memberi dana walaupun jumlahnya kecil," ujar dia kepada media beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, saat ini industri fintech sedang berada di jalur yang benar untuk mulai mendulang profit. Butuh waktu dua sampai tiga tahun untuk mendapat untung.
Baca juga: Dua Tersangka Kasus KSP Indosurya Bebas, Perkaranya Tetap Berjalan
"Kalau tahun 2024 atau 2025 ada yang negatif, baru kita lihat apakah mereka salah strategi pemasaran termasuk strategi bisnisnya atau salah dari sisi governance-nya,” imbuh dia.
Lebih lanjut, Kuseryansyah menyebut ada beberapa fintech lending yang baru mendapat izin pada saat pandemi Covid-19 merebak. Hal ini membuat fintech tersebut belum leluasa dalam menyalurkan pembiayaan.
Tak hanya itu, adanya segmentasi yang spesifik dari fintech lending juga membuat penyebaran keuntungan belum merata. Seperti diberitakan, beberapa fintech lending memang memiliki segmen yang sangat spesifik misalnya di sektor perikanan, pertanian, atau dana pendidikan.
Kuseryansyah bilang, beberapa pemain fintech lending memang bergerak di segmen yang masih kecil dan fokusnya spesifik.
Baca juga: Deliveree Dapat Pendanaan Seri C Senilai 70 Juta Dollar AS untuk Perkuat Supply Chain
Dikutip dari Kontan, salah satu fintech lending yang masih mengalami rugi adalah Akseleran. Dari data laporan keuangan 2021 yang tertera dalam situsnya, Akseleran masih mencatat rugi Rp 9,41 miliar, lebih baik dari tahun sebelumnya yang mencapai rugi Rp 23,84 miliar.
CEO Akseleran Ivan Nikolas bilang, rugi yang dialami lebih banyak karena biaya operasional. Memang, beban yang harus ditanggung Akseleran pada 2021 mencapai sekitar Rp 44,7 miliar.
Ivan menyebut biaya yang tinggi itu termasuk wajar untuk startup. Namun, perlu diimbangi dengan skala usaha yang terus ditingkatkan dalam waktu yang harus cepat.
“Tahun ini targetnya cashflow sudah positif,” ujar Ivan.
Sebagai informasi, data OJK per Maret menunjukkan industri fintech lending secara keseluruhan masih mencatat kerugian sekitar Rp 25,41 miliar. Padahal, bulan sebelumnya sempat memperoleh untung sekitar Rp 7,56 miliar.
Baca juga: Sebelum Tukar Valas, Simak Dulu Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BCA
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.