Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Habibah Auni
Social Media Specialist di PT Increasink Bersama Indonesia

Habibah Auni adalah buruh di industri kreatif yang senang menulis esai dan mengamati isu terkini terkait autisme, branding, dan jurnalisme

Iklan Berorientasi Agama dan Pentingnya Etika Periklanan

Kompas.com - 29/06/2022, 10:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia digegerkan dengan materi iklan Holywings. Pasalnya, Holywings memasukkan tulisan ‘Muhammad’ dan Maria’ ke dalam konten promosi produk minuman beralkoholnya.

Meskipun sudah mengumumkan permohonan maaf kepada publik, Holywings tetap akan dikenang dengan konten promosinya yang kurang sesuai dengan kepercayaan umat Islam.

Bagaimanapun, bentuk kemarahan publik terhadap Holywings merupakan hal yang lumrah. Selain iklan berorientasi agama tergolong sangat ofensif, bagi sebagian orang cara Holywings memasukkan unsur agama dalam konten promosi dirasa kurang sesuai dengan nilai dan kebenaran yang dipercayai umat Islam.

Karena ‘amat sangat berani’ menjadikan Baginda Nabi Muhammad SAW, sosok insan teragung dalam agama Islam, sebagai materi konten promosi untuk produk yang sejatinya bertentangan dengan syariat Islam.

Etika periklanan

Meminjam teori Subroto (2011) tentang “Etika Periklanan”, iklan Holywings sesungguhnya tidak memenuhi empat poin di mana sebuah iklan dapat dikatakan etis, yakni: 

  1. Maksud pengiklanan dirasa kurang baik karena masyarakat sendiri sudah menilainya kurang etis
  2. Isi iklan bertentangan dengan moralitas Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang beragam
  3. Keadaan masyarakat Indonesia yang sebagian besar memeluk agama Islam sehingga iklan menjadi kurang etis
  4. Pengemasan iklan tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat Indonesia tentang seperti apa iklan yang baik.

Apa yang dilakukan Holywings mengarah pada kecenderungan untuk mencari profit dengan cepat di tengah roda bisnisnya yang sedang stagnan.

Iklan berorientasi agama secara historis memang ditujukan mendapatkan banyak keuntungan dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Konten agama termasuk yang paling cepat menyentuh ‘kulit budaya’ masyarakat, sehingga tidak sulit mendapat banyak jangkauan.

Moral tidak lagi menjadi barang penting bagi merek yang mengiklankannya.

Pada 2018, sempat ada suatu perusahaan bernama Zain yang mendapat sentimen negatif karena melakukan aksi kurang lebih sama.

Dalam video promosi mereka, yang isinya ada seorang anak laki-laki sedang menyanyikan lagu tentang penistaan agama dan kondisi terkini para pengungsi Muslim, dianggap kurang menghargai umat Islam dan hanya mengejar keuntungan pribadi.

Video tersebut terakhir kali sudah disaksikan lebih dari 12 juta kali di YouTube.

Di samping itu, tidak etisnya iklan sesungguhnya menggarisbawahi seperti apa budaya kerja dalam internal perusahaan.

Dunia periklanan atau kreatif menuntut kecepatan yang tinggi dalam mengolah konten, agar tidak kalah cepat dengan kompetitor.

Hal ini sering kali membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya luput dalam mengecek etis atau tidaknya isi konten, apalagi jika tidak didukung dengan pengawasan yang baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com