Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Membeli Minyak Goreng Curah Pakai PeduliLindungi...

Kompas.com - 02/07/2022, 13:13 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Saya pun mengeluarkan ponseldan membuka aplikasi Pedulindungi. Lalu langsung menekan menu Check-in dan mengarahkan kamera ponsel ke arah barcode yang ditempelkan di dinding toko.

Tak sampai 5 detik, di layar ponsel muncul halaman "Check-in Berhasil" dengan warna hijau.

Artinya saya bisa membeli minyak goreng curah seharga Rp 14.000 per liter di Toko Japang.

"Kalau hijau berarti bisa itu. Tapi kalau merah artinya enggak bisa, karena sudah beli 2 kali. Kan aturannya satu aplikasi satu orang dalam sehari," sebut Agus.

Pada halaman tersebut juga diinformasikan detail alamat warung atau toko tempat konsumen membeli minyak goreng curah. Kemudian dipangpangkan juga tanggal pembelian hingga waktu pembelian.

Setelah berhasil memindai barcode PeduliLindungi, minyak goreng curah yang dibungkus menggunakan plastik bening tersebut pun berpindah tanggan.

Iseng, saya mencoba untuk memindai ulang barcode PeduliLindungi. Ternyata, hasil pindaian menunjukkan layar merah dengan tulisan "Maaf, Anda tidak dapat masuk".

"Nah kalau merah berarti sudah enggak bisa beli lagi karena sudah beli di awal. Memang ada tandanya, kalau hijau kami layani beli minyak gorengnya tapi kalau merah yah maaf enggak bisa kami layani. Terbatas kan soalnya," imbuh Agus.

Baca juga: Beli Minyak Goreng Pakai PeduliLindungi, YLKI: Itu Konyol...

Agus menjelaskan, pelanggan yang menggunakan aplikasi PeduliLindungi didominasi oleh ibu rumah tangga yang masih muda karena sudah melek teknologi. Sementara pelanggan yang sudah lanjut usia lebih memilih untuk membeli minyak goreng menggunakan NIK.

"Kalau ibu-ibu atau orang tua pada nggak ngerti cara pakainya. Jadi kebanyakan kalau orang tua pakainya KTP. Kalau orang muda mereka gampang-gampang aja pakai PeduliLindungi," kata Agus.

Agus bilang, jika pelanggan yang lanjut usia diarahkan pakai PeduliLindungi, justru mereka tidak jadi membeli. Selain karena rumit, sedikit juga pelanggan lanjut usia yang membawa handphone ke pasar.

"Kalau pakai PeduliLindungi, rata-rata ibu-ibu nggak jadi beli. Karena mereka anggap ribet itu. Jadi kita alihkan ke KTP. Kalau KTP ibu-ibu masih pada mau. Ibu-ibu juga kalau ke pasar nggak selalu bawa HP, bahkan mereka banyak yang nggak tahu tentang Aplikasi PeduliLindungi," kata Agus.

Baca juga: Tolak Beli Minyak Goreng Pakai PeduliLindungi, Buruh: Itu Melanggar Hak Asasi Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com