Lantas, apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum menaikkan tarif batas atas tiket pesawat?
1. Maskapai terus merugi
Lion Air mengaku kesulitan mendapat keuntungan meskipun tarif tiket pesawat saat ini melambung tinggi.
President Director of Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi mengatakan, kondisi ini disebabkan oleh kurs dollar AS yang tinggi sehingga biaya perawatan pesawat dan harga avtur melonjak tajam.
Selain itu, layanan di bandara yang tidak efisien mempengaruhi biaya operasional penerbangan sehingga waktu tempuh pesawat di rute-rute tertentu menjadi lebih lama sehingga membutuhkan bahan bakar avtur lebih banyak.
Oleh karenanya, dia meminta agar Kemenhub menaikkan TBA tiket pesawat.
"Kami coba untuk patuh kepada regulasi, bahkan rute-rute yang memang di-TBA-nya kami tidak bisa untung 100 persen. Kalau ini kami dipaksakan untuk bisa mengikuti TBA, otomatis kami mungkin sama dengan yang lainnya, tidak sanggup untuk menjalankan rute tersebut," ujarnya saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR, Selasa (28/6/2022).
2. Tarif pesawat tinggi pengaruhi bisnis perhotelan
Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran mengatakan, okupansi hotel sangat bergantung pada pergerakan orang. Sedangkan penetapan tarif kamar hotel, dipengaruhi tingkat okupansi.
"Pasti akan ada pengaruh (kenaikan harga tiket pesawat) karena okupansi hotel kan sangat bergantung pada adanya pergerakan orang. Kalau pergerakan orangnya terhambat, tentu berpengaruh dengan okupansi hotel," kata Maulana kepada Kompas.com, Jumat (3/6/2022).
Dia mencontohkan seperti tahun 2019 saat kenaikan harga tiket pesawat berdampak pada turunnya pergerakan wisatawan nusantara, dari 300 juta menjadi sekitar 280-an juta. Pergerakan inilah yang memengaruhi okupansi dan harga akomodasi.