Indonesia bisa semakin tertinggal dari negara-negara tetangga. Vietnam memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 18 ribu MW pada 2018. Sementara Indonesia yang memiliki lebih banyak sungai baru bisa membangun PLTA sebesar 10 ribu MW.
Filipina hanya memiliki 47 gunung api dengan potensi panas bumi berkisar 6 ribu MW, tetapi mampu membangun PLT panas bumi sebesar 1800 MW. Sedangkan Indonesia, dengan potensi panas bumi sebesar 28 ribu MW, dengan jumlah gunung api yang lebih banyak, baru bisa membangun PLT panas bumi sebesar 2100 MW.
Pemerintah dituntut untuk teguh pendirian dalam komitmennya meningkatkan peran EBT dalam bauran energi nasional. Kendati tenggat waktu tahun 2025 sudah semakin dekat, berbagai upaya masih dapat dilakukan untuk mencapai target itu.
Pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dapat dikerjakan relatif cepat dan serentak. Pembangkit listrik tenaga (PLT) dengan EBT lain dapat dimulai dengan segera dengan pengalaman yang ada selama ini. Pemerintah perlu menyambut uluran tangan negara-negara lain yang memberikan dukungan dan bantuan untuk melakukan transisi energi. Pemerintah juga perlu bekerja sama dengan negara-negara lain yang sukses membangun PLTS dan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) secara efisien dan cepat.
Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk segera menyelesaikan RUU EBT dengan melibatkan berbagai kalangan terkait secara partisipatif. Pemerintah juga perlu mengutamakan peran pemerintah daerah dalam mempercepat pembangunan infrastruktur EBT melalui dukungan pendanaan seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) dan skema pembiayaan lain.
Jangan sampai kita dikenal sebagai bangsa yang rajin membuat target tetapi suka lalai dalam realisasinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.