Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Nilai Tukar Rupiah Melemah hingga Tembus Rp 15.000 Per Dollar AS

Kompas.com - 06/07/2022, 13:55 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tengah berada dalam tren pelemahan selama beberapa waktu terakhir. Bahkan, pada sesi perdagangan hari ini, Rabu (6/7/2022), kurs rupiah menyentuh Rp 15.000 per dollar AS.

Mengacu kepada data Bloomberg pada pukul 13.00 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp 15.020 di pasar spot. Nilai tersebut menurun 0,18 persen dari level penutupan perdagangan sebelumnya, sebesar Rp 14.993,5 per dollar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih disebabkan oleh kekhawatiran investor akan adanya resesi di berbagai negara. Kekhawatiran ini kemudian menjadi sentimen risk-off bagi para investor.

Baca juga: IHSG Turun 1,1 Persen, Rupiah Kian Melemah Jadi Rp 15.026 Per Dollar AS

"Kekhawatiran resesi juga mempengaruhi mata uang negara berkembang dan Asia, mendorong mata uang Asia termasuk rupiah melemah terhadap dollar AS," ujar dia kepada Kompas.com, Rabu.

Dengan adanya bayang-bayang resesi di berbagai negara, investor memilih untuk mengalihkan dananya ke instrumen safe haven. Peningkatan permintaan tersebut pun terlihat dari tingginya permintaan obligasi Amerika Serikat (AS).

"Yield US Treasury turun 7 basis points menjadi 2,81 persen," kata Josua.

Baca juga: IHSG Melemah, Rupiah Tembus Rp 15.000 per Dollar AS

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan, tren pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh sentimen negatif baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.

Kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu menjadi sentimen negatif utama yang berasal dari luar negeri. Sejumlah negara, seperti Italia, bahkan telah mengumumkan kondisi darurat terhadap perekonomiannya.

Pada saat bersamaan, normalisasi kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga acuan yang agresif masih dilakukan oleh sejumlah bank sentral, tidak terkecuali The Federal Reserve (The Fed).

"Ada kemungknina besar di bulan Juli ini, bank sentral AS akan menaikan suku bunga acuan 75 basis poin," kata Ibrahim.

Baca juga: Sri Mulyani: Ketahanan Pangan RI Aman, tapi Waspada Tekanan Inflasi Pangan

Sementara itu dari sisi internal, realisasi inflasi masih menjadi sorotan utama investor. Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Juni kemarin terjadi inflasi sebesar 4,35 persen secara tahunan, tertinggi dalam lima tahun terakhir.

"Ini tidak sesuai dengan ekspektasi. Ini mengindikasikan dampak dari kenaikan harga komoditas di global ini berdampak ke Indonesia," ujar Ibrahim.

Namun demikian, Ibrahim menilai kondisi fundamental rupiah saat ini masih relatif baik. Bank Indonesia (BI) disebut telah mengambil keputusan yang tepat dengan mempertahankan suku bunga acuannya.

"Kekuatan fundamental perekonomian kita masih bagus," ucap dia.

Baca juga: Mendag Zulhas: Minyakita Sudah Ada Izin Edarnya, Siapa Saja Bisa Beli

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com