Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Emisi 30 Persen pada 2030, Ini Strategi Freeport Indonesia

Kompas.com - 07/07/2022, 16:12 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan tambang PT Freeport Indonesia atau PTFI berkomitmen untuk mendorong penurunan emisi gas rumah kaca di tahun 2030 mencapai 30 persen. Saat ini, emisi yang dihasilkan Freeport susut sebesar 22 persen, jika dibandingkan dengan tahun 2018.

“Jika dibandingkan dengan tahun 2016 penurunan emisi yang berhasil dilakukan Freeport sudah sebesar 26 persen,” kata VP Enviromental PT Freeport Indonesia Gesang Setiadi Dalam webinar Bincang Dua Puluh bertajuk “Misi Berkelanjutan melalui Penurunan Emisi” yang diselenggarakan Harian Kompas, Kamis (7/7/2022).

Untuk mendorong pencapaian tersebut Gesang mengatakan, pihaknya mengerahkan tim khusus untuk melihat peluang melakukan efisiensi energi. Misalkan saja dengan mengganti mesin operasional yang lebih hemat energi.

Baca juga: Pangkas Emisi, Freeport Bakal Manfaatkan LNG

“Kami dalam proses dalam mengevaluasi, mengganti mesin pengering konsentrat yang sebelumnya menggunakan solar, kini menjadi listrik. Yang tadinya prosesnya dibakar, sekarang di-press konsentratnya untuk mengurangi kadar airnya, dan itu bisa mengurangi juga skitr 16.000 metrik ton emisi karbon per tahun,” ujar Gesang.

Tak sampai disitu, PTFI juga melakukan konversi Pemban Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, ke Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG), dan kemudian rencananya PLTMG akan dikonversi ke LNG untuk menurunkan emisi secara signifikan.

“Jadi target kami mengurangi emisi 30 persen pada 2030, dan sekarang sudah mencapai 22 persen. Jika bisa berhasil mengkonversi batu bara dengan LNG di tahun 2026 - 2027, emisi bisa dikurangi hingga 50 persen,” jelas Gesang.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mengurangi intensitas emisi gas rumah kaca di tahun 2030 dan mendukung ekonomi hijau sebagai bagian dari target pemerintah mendukung net zero emisi di tahun 2060.

Dia mengatakan, pengelolaan tambang tembaga bawah tanah terbesar di dunia adalah bagian penting dari transisi energi itu sendiri. Menurutnya, renewable energy yang telah aktif dibangun membutuhkan tenaga lebih banyak (tembaga).

“Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang membutuhkan tembaga 1,5 ton per mega watt, dan solar panel 4 ton per mega watt. Ini adalah kontribusi PTFI mendukung renewable energy menuju net zero,” jelas Tony.

Selain hal tersebut, Freeport juga melakuan upaya – upaya dalam rangka mendukung implementasi EBT, seperti menggunakan oli bekas untuk substansi bahan bakar disel, mengganti bahan bakar mesing drilling dari yang tadinya solar menjadi litreik, dan reboisasi dengan menanam lebih dari 5.000 pohon untuk penyerapan karbon.

Baca juga: Penurunan Emisi Karbon, Bos Freeport: Ada Biaya yang Tidak Kecil yang Harus Dikeluarkan...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com