Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Global Meningkat, Bos OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Harus Waspada

Kompas.com - 07/07/2022, 16:46 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso meminta pelaku sektor jasa keuangan untuk waspada seiring meningkatnya risiko global. Ketidakpastian kondisi ekonomi global yang masih terus berlangsung akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.

Saat ini perekonomian dunia terngah menghadapi episode baru yakni normalisasi kebijakan fiskal dan moneter di Amerika Serikat (AS), usai Bank Sentral AS atau Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin.

"Ini tidak boleh kita anggap enteng, belum pernah dalam 24 tahun terakhir The Fed menaikkan 75 basis poin," ujar Wimboh dalam acara Pertemuan Nasional Pengawasan Market Conduct SJK, Kamis (7/7/2022).

Baca juga: LPS: Peran Investor Ritel Penting untuk Meredam Tekanan Ekonomi Global

Ia menjelaskan, imbas dari kenaikan suku bunga AS yang agresif itu membuat keluarnya dana asing (capital outflow) dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. Kondisi ini membuat kurs rupiah pun melemah menjadi hampir rmenyentuh Rp 15.000 per dollar AS.

Di sisi lain, ekonomi AS juga terancam mengalami resesi karena kebijakan suku bunga agresif untuk menekan lonjakan inflasi. Jika negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu mengalami resesi ekonomi, tentu bakal berdampak pada ekonomi global, tak terkecuali RI.

Risiko global juga terjadi karena terganggunya rantai pasok global akibat perang Rusia dan Ukraina, terutama pada pasokan komoditas energi yang menjadi terbatas. Beberapa negara bahkan telah mengalami hyperinflation, seperti Turki yang inflasinya mencapai 78,6 persen dan Argentina 58 persen.

"Kita perlu waspada karena dampak ketidakpastian ekonomi global, di mana kita juga tidak tahu kapan konflik politik Rusia-Ukraina selesai. Ini harus tetap kita waspadai dan stay alert mengenai hal ini," jelas dia.

Baca juga: Menteri Investasi Ajak Negara G20 Ambil Peran Pemulihan Ekonomi Global

Pada perekonomian domestik, lanjut Wimboh, inflasi mengalami peningkatan meski tak setinggi dibandingkan negara lainnya. Laju inflasi Juni 2022 tercatat sebesar 4,35 persen (year on year/yoy) atau yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Ia mengatakan, seiring meningkatnya laju inflasi Indonesia, para pemangku kepentingan, termasuk OJK harus mampu merespons kondisi ekonomi global dengan kebijakan yang tepat.

"Ini tentunya tidak boleh anggap enteng, sehingga seluruh pemangku kepentingan harus bagaimana bisa mendesain kebijakan-kebijakan kita, terutama juga koordinasi dengan Bank Indonesia dan Kemenkeu dalam mendesain berbagai kebijakan," paparnya.

Kendati demikian, dari sisi kredit perbankan nasional tercatat tetp tumbuh sebesar 9,03 persen secara tahunan (yoy) dan 4,23 persen secara bulanan (mtm). Begitu pula pada sektor Industri Keuangan Non-Bank yang masih melanjutkan tren positif.

Pada Mei 2022, premi asuransi umum tumbuh 15,12 persen (yoy), meski premi asuransi jiwa tercatat terkontraksi -4,11 persen (yoy). Sementara piutang pembiayaan tercatat sebesar Rp 379 triliun dengan pertumbuhan sebesar 4,5 persen (yoy).

Baca juga: Rupiah Nyaris Rp 15.000 per Dollar AS, Sri Mulyani Pastikan Ekonomi RI Tetap Terjaga

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com