KOMPAS.com - Pola distribusi galon isi ulang yang buruk bisa memperparah pelepasan (migrasi) bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA), kata seorang peneliti senior Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Prof. Junadi Khotib mengatakan ada penelitian tentang kinetika pelepasan BPA dari kemasan polikarbonat di mana semakin tinggi kadar BPA dalam kemasan polikarbonat, BPA yang dilepaskan juga semakin tinggi.
"Hanya saja, pelepasan ini sangat tergantung pada suhu dan tingkat keasaman. Ketika dalam distribusi dan produksi, kemasan galon air minum terpapar cahaya matahari langsung sehingga suhunya meningkat, tentu di sana sangat cepat terjadi migrasi," ujarnya melalui keterangan tertulis seperti dikutip dari Antara, Minggu (10/7/2022).
Menurut Junaidi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tak boleh lagi membiarkan masyarakat terus-menerus terpapar bahan kimia BPA mengingat efeknya pada kesehatan, termasuk gangguan perkembangan otak dan mental anak usia dini.
Baca juga: Jokowi Tanya soal Harga BBM: Kalau Naik, Setuju?
"BPOM bisa memperkecil peluang paparan risiko BPA melalui pemberian label pada kemasan makanan dan minuman. Itu bagian dari edukasi publik sekaligus bentuk perlindungan untuk masa depan anak-anak Indonesia," katanya.
Sampai saat ini masyarakat belum banyak mengetahui risiko BPA pada galon polikarbonat, lanjutnya, padahal pelepasan (migrasi) BPA ke dalam makanan atau minuman adalah sesuatu yang jamak pada kemasan pangan dari jenis plastik polikarbonat.
Data BPOM menyebut 96,4 persen galon bermerek yang beredar luas di pasaran menggunakan kemasan polikarbonat,jenis plastik keras yang pembuatannya menggunakan bahan campuran BPA.
Sementara itu, penelitian mutakhir BPOM atas level migrasi BPA pada galon guna ulang, baik di fasilitas produksi, distribusi dan peredaran, menunjukkan pelepasan bahan kimia itu sudah sangat mengkhawatirkan.
Baca juga: Jadwal KRL Solo Jogja Terbaru 2022 Lengkap Semua Stasiun
Hal senada diungkapkan Guru Besar bidang pemrosesan pangan Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Prof. Andri Cahyo Kumoro bahwa produsen air minum dalam kemasan (AMDK) kerap mengangkut air galon dengan seenaknya; galon kerap terpapar sinar matahari langsung, terguncang-guncang.
"Ini sangat berpotensi menjadikan BPA terlepas dengan cepat," katanya menanggapi penilaian produsen AMDK yang abai menjaga mutu dan kualitas air kemasan hingga sampai ke tangan konsumen.
Menurut dia, pola distribusi yang seenaknya itu terjadi karena masyarakat banyak yang belum mengetahui bahaya paparan BPA. Oleh karena itu, pelabelan BPA pada kemasan galon pilihan tepat untuk mendidik masyarakat.
"Saran saya produsen beralih ke kemasan yang lebih aman, yang bebas BPA," katanya.
Baca juga: Alasan Jokowi Tahan Pertalite Tidak Naik meski Bisa Bikin APBN Jebol
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.