Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Uang Digital Bank Sentral Bisa Sebabkan Krisis Keuangan

Kompas.com - 12/07/2022, 13:38 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

BADUNG, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) menilai penerbitan uang digital yang diterbitkan bank sentral (CBDC) berpotensi menyebabkan krisis keuangan suatu negara.

Kepala Divisi Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF Tommaso Mancini-Griffoli mengatakan, mata uang bank sentral dapat mengancam stabilitas keuangan.

"Pada stabilitas keuangan mungkin akan lebih berisiko dalam konteks CBDC dan stablecoin," ujarnya dalam acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (Fekdi) di Bali, Selasa (12/7/2022).

Baca juga: Akhir Tahun, BI Terbitkan Panduan Mata Uang Digital Bank Sentral

Dia menjelaskan, penerbitan CBDC dapat menyebabkan simpanan di bank keluar dan berpindah ke instrumen ini karena masyarakat enggan menabung di bank.

Jika perpindahan tersebut berlangsung cepat, tentu dapat menggoyahkan stabilitas keuangan negara karena aset perbankan menyusut.

"Jika proses perpindahan (simpanan bank) ke CBDC berjalan cepat, justru berisiko pada krisis keuangan," ucapnya.

Oleh karenanya, bank sentral harus mempertimbangkan pemberian imbal hasil atau yield yang akan berlaku pada CBDC agar masyarakat tidak mengalihkam aset mereka dari perbankan.

Mengingat saat ini uang digital banyak diburu masyarakat meskipun saat ini belum dijamin oleh bank sentral. Masyarakat tentu akan sangat antusias jika rupiah digital diterbitkan oleh BI.

"Mungkin mereka bisa tetap menawarkan aset yang dapat dipegang masyarakat dalam likuiditas yang tak terbatas, dan ini mungkin bisa memperlambat masyarakat untuk lari dari bank komersial," jelas Tommaso.

Untuk itu, dia menyarankan bank sentral untuk membuat modul mengenai rancangan mata uang digital agar dapat memperhitungkan risiko-risiko penerapan CBDC ini.

"Perhatikan tingkat bunga CBDC, mereka dapat memutuskan untuk menerapkan cap of quantity atau besaran jumlah (maksimal dan minimum) untuk memegang CBDC sebagai ambang batas," tuturnya.

Kemudian, bank sentral juga harus bersikap transparan dengan mengungkapkan dampak-dampak dalam memiliki mata uang digital sehingga masyarakat maupun investor dapat memitigasi risikonya.

Adapun dampak memiliki mata uang digital, di antaranya lebih murah dan mudah disimpan dibandingkan dollar AS, merusak kebijakan dan kredibilitas yang sudah berjalan, meningkatkan inflasi dan volatilitas nilai tukar.

"Begitu negara mengimplementasikan kebijakan ini (CBDC), pergantian cepat pada mata uang mungkin akan terjadi," kata dia.

Baca juga: Transaksi Kripto Tumbuh Pesat, BI Tekankan Pentingnya Mata Uang Digital Bank Sentral

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com