Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Barang Naik gara-gara Rupiah Melemah, Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat?

Kompas.com - 13/07/2022, 05:20 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dapat berimbas pada kenaikan harga sejumlah barang, terutama yang bersifat impor. Masyarakat pun perlu mengantisipasi potensi kenaikan harga tersebut.

Mengutip Bloomberg, Selasa (12/7/2022), pada pukul 17.45 WIB kurs rupiah di pasar spot berada di level Rp 14.995 per dollar AS, semakin nyaris mendekati Rp 15.000 per dollar AS.

Adapun sejumlah produk yang berpotensi mengalami kenaikan harga yakni barang elektronik, otomotif, farmasi, pakaian jadi, hingga produk yang berbahan baku tepung gandum. Produk-produk tersebut diketahui memiliki tingkat impor yang tinggi.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Kembali ke Level Rp 15.000 Per Dollar AS, Apa Penyebabnya?

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dampak pelemahan rupiah akan terasa pada masyarakat yang mengonsumsi barang-barang impor atau yang sering dikategorikan sebagai barang-barang mewah.

Maka dia memperkirakan depresiasi rupiah cenderung akan berdampak bagi masyarakat kelas menengah ke atas, sementara pada masyarakat awam yang tak suka membeli produk impor, umumnya tidak memiliki dampak yang signifikan.

"Secara umum khususnya masyarakat awam pada dasarnya, tidak perlu khawatir terhadap pelemahan nilai tukar rupiah, terutama bagi masyarakat yang penghasilan dan pengeluarannya dalam rupiah karena tidak memiliki dampak yang signifikan," ujar Josua kepada Kompas.com, Selasa (12/7/2022).

"Masyarakat yang mengonsumsi barang-barang produk lokal pun juga tidak akan terpengaruh," imbuh dia.

Baca juga: Rupiah Melemah Nyaris Rp 15.000 per Dollar AS, Harga Barang Elektronik hingga Pakaian Berpotensi Naik

Kurangi konsumsi barang impor

Josua menilai, hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi pelemahan rupiah adalah mengurangi konsumsi barang-barang impor.

Sebagai gantinya, bisa beralih mengonsumsi produk-produk lokal atau produk dengan tingkat komponen dalam negeri yang tinggi, karena memang tidak terdampak signifikan terhadap pelemahan rupiah.

Baca juga: Dilema Ekonomi RI: Mulai Pulih dari Pandemi, Malah Diadang Inflasi dan Pelemahan Rupiah

Jangan panik, tak hanya rupiah yang melemah

Ia menjelaskan, pelemahan kurs ini tak hanya dialami Indonesia, melainkan oleh banyak negara lainnya.

Pelemahan kurs terjadi karena ekspektasi inflasi yang meningkat di berbagai negara dan diikuti oleh kenaikan suku bunga global, yang kemudian mendorong pelemahan sebagian besar mata uang Asia.

Tidak hanya dari sisi ekspektasi kebijakan moneter global, kata Josua, sentimen risk-off juga mulai meningkat seiring dengan potensi risiko resesi global akibat mulai menurunnya indikator ekonomi negara maju.

"Jadi masyarakat tidak perlu khawatir terhadap pelemahan rupiah karena rupiah bukanlah satu-satunya mata uang yang melemah terhadap dollar AS, mengingat penguatan dollar terjadi terhadap seluruh mata uang global," jelasnya.

Baca juga: Curhat Sri Mulyani Kelola Keuangan Negara: Cobaan Silih Berganti, Godaan Selalu Ada...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Tambah 10.000 Kuota Mudik Gratis 2024 Menggunakan Bus

Kemenhub Tambah 10.000 Kuota Mudik Gratis 2024 Menggunakan Bus

Whats New
CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

Whats New
Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com