Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Efek Perang Ukraina, Euro Setara Dollar AS untuk Kali Pertama sejak 2002

Kompas.com - 13/07/2022, 06:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERANG Ukraina semakin memperlihatkan dampak bagi ekonomi dunia. Untuk kali pertama sejak 20 tahun terakhir, nilai tukar (kurs) satu euro tepat setara satu dollar AS pada Selasa (12/7/2022).

Mata uang tunggal Eropa, euro, terakhir kali tercatat memiliki kurs tepat setara dengan dollar AS pada Desember 2002. Secara umum, kurs euro selalu lebih tinggi dari dollar AS.

Sempat bernilai tukar kurang dari satu dollar AS, euro ditutup di level 1,0070 dollar AS pada akhir perdagangan Selasa. Sebaliknya, bursa saham di Eropa dan Amerika berakhir menguat pada perdagangan Selasa. 

Kesetimbangan nilai tukar euro dan dollar AS pada Selasa merupakan lanjutan imbas perang Ukraina. Bagi Eropa, krisis di Ukraina berdampak nyata dan berat dari sisi energi—terutama gas alam—yang kemudian bergulir menjadi kekhawatiran resesi di zona euro.

Harga minyak dunia jatuh seturut sanksi untuk Rusia yang berimbas pada berkurangnya pasokan di pasar. Ini ditambah lagi dengan kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral utama dunia, termasuk The Fed dan ECB.

Baca juga: Bank Sentral Inggris Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi sejak 2009

Saat ini, harga minyak dunia kembali jatuh ke level di bawah 100 dollar AS per barrel. 

"Meningkatnya inflasi, terhentinya pertumbuhan ekonomi, dan baru-baru ini kekhawatiran bahwa Rusia dapat memotong pasokan gas, telah menarik (kurs) euro (menjadi) lebih rendah," kata Fiona Cincotta dari City Index, sebagaimana dikutip AFP, Selasa.

Cincotta menambahkan, situasi perekonomian menjadi lebih buruk di Eropa ketika keyakinan ekonomi di Jerman jatuh ke level terendah dalam satu dekade terakhir. 

Baca juga: Kejutan, Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga Acuan untuk Kali Pertama sejak 2015

Raksasa energi Rusia Gazprom pada Senin (11/7/2022) memulai 10 hari pemeliharaan pipa Nord Stream 1, jaringan gas yang langsung menyambung dari Rusia ke Eropa.

Pemeliharaan ini dipantau dengan cemas oleh negara-negara di Eropa, terutama Jerman yang sangat tergantung pada pasokan gas Rusia, untuk memastikannya kembali mengalirkan gas.

"Krisis gas telah benar-benar menakuti pasar atas ekonomi zona euro," kata analis Markets.com Neil Wilson kepada AFP.

Dengan hubungan antara Rusia dan Barat pada titik terendah dalam beberapa tahun karena invasi Ukraina, analis memperkirakan ada kemungkinan Gazprom tidak membuka kembali katup pipa Nord Stream 1.

"Beberapa minggu ke depan bisa menjadi tantangan bagi Eropa, dengan kemungkinan ketidakpastian maksimum hingga Agustus," kata Stephen Innes dari SPI Asset Management, sebagaimana dikutip AFP.

Para analis pun menyebut bahwa para investor semakin percaya terhadap kemungkinan tidak mengalirnya kembali gas melalui Nord Stream 1 seusai jadwal pemeliharaan pada 11-21 Juli 2022 tersebut. Alasan yang mungkin dipakai adalah "gangguan sementara lebih lanjut".

Terlepas dari krisis di Ukraina, situasi wabah Covid-19 di China menjadi faktor penambah situasi mencekam perekonomian global. Kekhawatiran kembali akan ada penutupan akses (lockdown) menjadi bayangan suram, tepat ketika investor bersiap untuk satu pekan data perekonomian dan pendapatan perusahaan.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com