Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Jatuh Lebih dari 7 Persen, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 13/07/2022, 07:30 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia turun tajam pada perdagangan hari Selasa (12/7/2022). Penurunan harga minyak mentah dunia terjadi di tengah penguatan dollar AS terhadap mata uang lainnya. Sementara itu, pembatasan di China sebagai importir minyak akibat Covid-19 juga dikhawatirkan akan menurunkan permintaan minyak.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak September 2022 mengalami penurunan 7,1 persen menjadi 99,49 dollar AS per barrel. Demikian juga dengan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang turun 7,9 persen pada level 95,84 dollar AS per barrel.

Mata uang euro melemah pada hari Selasa, sementara bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street merah karena prospek kenaikan suku bunga dan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi di seluruh dunia.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Naik di Tengah Kekhawatiran Pasokan Akibat Resesi

Commerzbank mengatakan, kenaikan dollar AS biasanya membebani harga minyak mentah dunia karena membuat komoditas tersebut menjadi lebih mahal diperdagangkan dalam dollar AS bagi pengguna mata uang lainnya.

"Di Barat, kombinasi harga energi yang tinggi dan kenaikan suku bunga memicu kekhawatiran tentang resesi yang akan berdampak serius pada permintaan minyak," kata Commerzbank seperti dikutip dari CNBC.

Di sisi lain, pembatasan mobilitas di China akibat Covid-19 memunculkan kekhawatiran adanya penurunan permintaan minyak mentah dunia. Beberapa kota di China mengadopsi pembatasan Covid-19, mulai dari penutupan bisnis hingga penguncian yang lebih luas dalam upaya untuk mengendalikan infeksi baru dari subvarian virus BA.5.2.1 yang sangat menular.

Presiden AS Joe Biden akan mengajukan permintaan kenaikan produksi minyak mentah yang lebih tinggi daripada yang ditetapkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan untuk membahas hal tersebut, pekan ini Biden akan menemui pimpinan Teluk di Arab Saudi.

Baca juga: Pemerintah Garap Potensi Wisatawan Rusia Usai Pertemuan Jokowi-Putin

“Sedikit harapan diberikan pada kunjungan Biden ke Arab Saudi untuk membuka lebih banyak produksi minyak mentah,” ujar Jeffrey Halley, analis pasar senior OANDA untuk Asia Pasifik.

Kapasitas cadangan minyak mentah OPEC saat ini hampir habis, di mana sebagian besar produsen memompa pada kapasitas maksimum. Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam kunjungannya ke negara Asia juga membahas cara memperkuat sanksi terhadap Rusia, termasuk pembatasan harga minyak Rusia untuk membatasi keuntungan negara dan membantu menurunkan harga energi.

Sanksi Barat terhadap Rusia atas invasi yang dilakukan ke Ukraina dinilai sangat mengganggu arus perdagangan minyak mentah dan bahan bakar. OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan naik 2,7 juta barel per hari (bph) pada 2023, sedikit lebih lambat dari 2022, dengan konsumsi didukung oleh pengendalian pandemi yang lebih baik dan pertumbuhan ekonomi global yang masih kuat.

Baca juga: 5 Fakta Rupiah Digital, Tekan Risiko Kripto hingga Dikritik IMF

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com