Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Disarankan Beli Minyak Murah dari Rusia

Kompas.com - 13/07/2022, 09:15 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi tidak perlu dilakukan, seandainya Indonesia mau mengimpor minyak mentah murah asal Rusia.

Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi untuk jenis Pertamax Turbo, Dex Series, dan LPG Non Subsidi pada Minggu (10/7/2022). Kenaikan harga ini dilakukan Pertamina siring dengan adanya kenaikan harga minyak dunia.

“Kemarin kan pemerintah (Jokowi) bertemu dengan Putin, kan bisa (menjajaki) untuk pembelian minyak mentah dengan harga murah. Kenapa China bisa? India juga bisa? Bahkan India berlomba membeli minyak mentah murah, kita kok enggak, harusnya kan bisa,” kata Trubus saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Luhut: Pemerintah Harus Tanggung Subsidi BBM untuk 1 Motor Rp 3,7 Juta Per Tahun

Trubus juga mengatakan meskipun saat ini Rusia dihadapkan pada sanksi barat akibat invasi ke Ukraina, hal ini jangan menjadi patokan Indonesia. Sebab kata dia, Indonesia memiliki kedaulatannya sendiri.

“Untuk membeli minyak harga murah itu, kita tidak usah memikirkan ancaman barat kan, kita kan punya kedaulatan sendiri. China sama Brasil juga beli solar dari Rusia langsung,” kata Trubus.

Sementara itu, Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan Pertamina memiliki dua opsi, kenaikan harga BBM non subsidi atau menambah subsidi. Sebab saat ini Indonesia masih mengimpor minyak mentah.

“Kalau enggak harganya dinaikkan, ya opsi lain subsidi. Mereka punya enggak uang untuk subsidi? Kan kita 50 persen masih impor. Kalau belinya lebih mahal, masa jualnya lebih murah? kan rugi,” kata Agus.

Baca juga: Pertamina Yakin Kenaikan Harga Elpiji 12 Kg Tidak Picu Migrasi ke Ukuran 3 Kg

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, kenaikan harga BBM non subsidi dilakukan untuk menyesuaikan dengan harga pasar.

“Jadi itu disesuaikan dengan formula yang dikeluaran oleh Kementerian ESDM, dan secara berkala, jika harga minyak dunia yang terefleksi dari Indonesia Crude Price atau ICP, maka dengan format tersebut harga BBM non subsidi memang dinaikkan,” jelas Nicke saat berbincang dalam Economic Challenges - Bom Waktu Subsidi BBM di Metro Tv.

Nicke mengatakan kenaikan harga BBM non subsidi bisa menyebabkan sifting ke BBM subsidi, namun hal ini telah diantisipasi dengan perhitungan yang matang. Karena jika terjadi shifting yang tinggi akan dapat merugikan negara.

“Ya, itu pasti terjadi shifting, kita hitung betul ketika kita ingin menaikkan harga, berapa kira – kira perpindahannya. Ini yang harus dilakukan lebih lanjut, agar perpindahan ini terkendali, dan tidak semuanya pindah ke BBM subsisdi, karena ini akan merugikan negara,” kata dia.

Baca juga: Kuota BBM di SPBU Bakal Dikurangi, Luhut: Agar Warga Perlahan Beralih ke Kendaraan Listrik

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menyebutkan, negara memiliki keterbatasan dalam hal keuangan. Problem saat ini adalah dari sisi minyak mentah Indonesia memang masih impor untuk konsumsi dalam negeri.

Untuk konsumsi per hari, Indonesia membutuhkan kurang lebih 1,4 juta barel, sementara lifting minyak mengalami penurunan. Hal ini merupakan masalah mendasar yang berkaitan dengan BBM, dari hulu ke hilir.

“Jadi betul, problemnya sekarang, dari sisi minyak secara volume saja kita impor. Sementara untuk memberikan subsidi tentunya kemampuan negara ada batasnya,” ujar Sugeng.

Baca juga: Pertamina Sebut Bakal Ada Penyesuaian Harga Pertamax

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com