NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami koreksi tipis pada perdagangan, Rabu (13/7/2022). Penurunan ini terjadi di tengah laporan inflasi AS yang melonjak 9,1 persen pada Juni 2022.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah West Texas Immediately (WTI) untuk kontrak Agustus 2022, turun 0,27 persen menjadi 96,04 dollar AS per barrel. Sementara itu, minyak Brent kontrak September 2022 naik 0,08 persen, dan berada di level 99,57 dollar AS per barrel.
Pasar energi mulai bergejolak sejak adanya invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari tahun ini. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, diperdagangkan di atas 130 dollar AS per barrel pada bulan Maret 2022, tertinggi sejak tahun 2008.
Baca juga: Tertinggi dalam 40 Tahun Terakhir, Inflasi AS Capai 9,1 Persen
Lonjakan harga minyak mendorong kenaikan harga bensin, dengan rata-rata harga bensin di AS mencapai 5 dollar AS per galon pada bulan Juni. Biaya bahan bakar yang meningkat pesat terjadi setelah, inflasi yang melonjak sangat cepat atau tertinggi dalam 40 tahun.
CEO Chevron Michael Wirth mengatakan, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami gejolak setelah terjadinya penurunan permintaan akiabat lonjakan harga. Di sisi lain, terjadi keterbatasan pasokan dalam jangka panjang.
"Sekarang tantangan nyata bagi dunia, saya pikir, adalah untuk melihat investasi dalam pasokan. Saat kita melewati segala bentuk perlambatan ekonomi, kita melihat pasokan apa yang mendukung pertumbuhan ke depan," kata Wirth.
Baca juga: Masih Tertekan, IHSG Diproyeksi Kembali Melemah Hari Ini
Wirth menunjuk beberapa faktor yang dapat menyebabkan pulihnya permintaan, termasuk China yang membuka kembali ekonominya setelah lonjakan kasus Covid-19. Selain itu, pasar energi global juga sedang ditata ulang setelah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap energi Rusia.
Presiden Joe Biden telah berulang kali meminta industri, baik produsen dalam negeri maupun luar negeri untuk meningkatkan produksi. Akhir pekan ini dia akan bertemu dengan pejabat dari Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC.
Biden mengirim surat kepada sejumlah eksekutif minyak, termasuk Wirth, pada bulan Juni meminta mereka untuk meningkatkan kapasitas penyulingan.
“Yang perlu kita lihat adalah kebijakan yang mendorong pengembangan yang bertanggung jawab dari semua jenis sumber daya energi, dan kebijakan mengenai keseimbangan pragmatis antara kemakmuran ekonomi, ketahanan energi, dan perlindungan lingkungan,” kata Wirth.
Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Tantangan RI Dorong Transisi Energi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.