CBDC bisa dimodifikasi dan diprogram sesuai kebutuhan, sehingga memunculkan beragam kemungkinan seperti dikenakan bunga ataupun diberi batasan waktu secara umum. Dengan demikian, bank sentral bisa punya kekuatan dalam memengaruhi perilaku agen ekonomi melalui CBDC.
Keputusan untuk menggunakan rupiah digital menunjukkan arah potensial dalam implementasi. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan terkait penerapannya, misalnya menjaga hak privasi konsumen dan memberikan transparansi yang diperlukan untuk mencegah aktivitas kriminal, serta membangun model perantara yang tepat.
Baca juga: Gubernur BI Beberkan Persiapan Penerbitan Rupiah Digital
Di bawah model perantara, sektor swasta akan menawarkan akun atau dompet digital untuk memfasilitasi pengelolaan kepemilikan dan pembayaran CBDC. Model perantara akan memfasilitasi penggunaan kerangka kerja manajemen identitas dan privasi yang ada di sektor swasta. Juga memanfaatkan kemampuan sektor swasta untuk berinovasi dan mengurangi prospek gangguan destabilisasi sistem keuangan.
Agar CBDC berfungsi sebagai alat pembayaran yang bisa diakses secara luas, CBDC harus bisa dengan mudah dipindahtangankan antara pelanggan/konsumen dari perantara berbeda. Kemampuan untuk mentransfer nilai secara mulus antara perantara berbeda membuat sistem pembayaran lebih efisien dengan memungkinkan uang bergerak bebas di seluruh sektor perekonomian.
Lembaga keuangan perlu tunduk pada aturan ketat yang dirancang untuk memerangi pencucian uang dan pendanaan terorisme. CBDC perlu dirancang untuk mematuhi aturan ini. Artinya, perantara CBDC perlu memverifikasi identitas orang yang mengakses CBDC, seperti halnya bank dan lembaga keuangan lainnya yang saat ini memverifikasi identitas pelanggan mereka.
Namun, praktik ini tentunya memiliki risiko besar dan bisa menimbulkan masalah yang bisa mengurangi kepercayaan publik pada CBDC. Karena itu, walau CBDC bisa memberikan bank sentral berbagai keleluasaa, praktiknya harus dilakukan hati-hati agar tidak menimbulkan disrupsi yang justru berakibat ketidakstabilan ekonomi.
Transaksi yang terekam CBDC bisa dimanfaatkan untuk pembentukan database keuangan, bisa jadi input keperluan riset dan pengambilan kebijakan. CBDC memunculkan peluang pengumpulan data yang sebelumnya sulit untuk didapatkan pada berbagai sektor ataupun entitas tertentu, sehingga bisa mendorong riset untuk memahami kompleksitas perilaku agen ekonomi.
Baca juga: Ini Perbedaan Rupiah DIgital dengan Uang Elektronik dan Dompet Digital
Evaluasi dan optimalisasi kebijakan yang memiliki sangkut paut dengan ekonomi keuangan digital tentunya akan menjadi lebih mudah melalui data yang dapat dikumpulkan dari transaksi CBDC. Namun, publikasi atau akses data untuk umum bukan hal yang mudah dan bisa menimbulkan masalah. Regulasi dan payung hukum yang jelas terkait perlindungan dan jaminan data dibutuhkan agar tidak menimbulkan kecemasan publik.
Faktor lain yang perlu dipertimbangan adalah kemudahan dalam mengakses, konsistensi, kelengkapan, dan pembaruan data secara berkala sehingga hadir ketersediaan database yang berkualitas bagus dan tertata rapi.
Akhirnya kita menunggu konsep dan road map rupiah digital dari BI. Kita berharap konsep itu adaptif terhadap dinamika ekonomi dan mengerek pertumbuhan ekonomi, serta memberi kepastian stabilitas ekonomi. Untuk itu BI harus memiliki kredibilitas agar memungkinkan peluang rupiah digital hadir.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.