Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Harga Komoditas Bikin Milenial Susah Punya Rumah? Ini Kata BTN

Kompas.com - 14/07/2022, 17:34 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga komoditas di Indonesia salah satunya dipacu oleh disrupsi rantai pasok dan konflik geopolitik yang berkepanjangan. Lebih jauh, kenaikan harga komoditas ini juga mengakibatkan naiknya angka inflasi, yang ujungnya menyebabkan generasi milenial susah membeli rumah. 

Benarkah demikian? 

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip menjelaskan korelasi antara harga komoditas dengan harga rumah. Ia mengatakan, pada tahun 2012 harga komoditas sempat mengalami lonjakan juga.

"Antara harga properti dan komoditas itu punya relasi yang cukup kuat, khususnya pada situasi ekonomi tumbuh secara normal dan stabil. Pada tahun 2012, ketika booming komoditas terjadi, harga properti juga mengalami kenaikan. Puncaknya harga properti itu naik di tahun 2013, jadi ada jeda waktu setahun," kata Sunarsip dalam Webinar BTN bertajuk Pengaruh Kenaikan Harga Komoditas 2022 Bagi Sektor Perumahan, Kamis (14/7/2022).

Baca juga: Mau Beli Rumah? Simak Tawaran Bunga KPR dari BCA, BRI, BNI, dan BTN

Ia menambahkan, booming komoditas dapat menguntungkan untuk beberapa pihak untuk dapat membeli rumah. Namun, dalam konteks tertentu kenaikan harga komoditas ini justru dapat membuat pihak yang lain tidak dapat membeli rumah.

Kenaikan harga komoditas biasanya dirasakan oleh pekerja dan pelaku bisnis sektor komoditas dengan kenaikan pendapatan. Mereka akan membeli properti dan secara tidak langsung dapat meningkatkan harga properti.

Baca juga: Sri Mulyani: Jika Inflasi Tinggi, Masyarakat Semakin Sulit Beli Rumah

Namun demikian, Sunarsip mengatakan, kenaikan harga komoditas bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) justru merugikan.

"Karena booming komoditas berdampak pada kenaikan harga barang, berdampak ke inflasi, dan MBR yang penghasilannya tetap dan tidak berubah merek pasti akan dirugikan," urai dia.

Dengan demikian, ia bilang pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia dapat mengantisipasi bahwa kenaikan harga komoditas ini punya dampak pada kenaikan inflasi dan harga properti.

"Bagaimana caranya agar kenaikan komoditas ini tidak terlalu berdampak terhadap kenaikan harga properti sehingga masyarakat bisa punya rumah," ucap dia.

Baca juga: Pekerja Informal Bisa Dapat Rumah dengan KPR, Ini Syarat dan Cara Pengajuannya

Dampak kenaikan harga komoditas ke harga rumah menengah dan MBR

Menanggapi hal tersebut, Direktur Finance Bank BTN Nofry Rony Poetra membeberkan, harga rumah semenjak tahun 2019 sampai 2022 cenderung begerak stabil dan dalam proses pemulihan dampat dari pandemi Covid-19.

Dengan naiknya harga komoditas, ia bilang, ternyata memberikan dampak pada rumah untuk sektor menengah dan MBR.

"Kalau harga rumah di tipe 70 ke atas itu pertumbuhannya stabil, tipe 36 dan 45 juga kurang lebih sama. Berdasarkan hasil riset kami, ternyata pertumbuhan rumah itu terus bergerak naik," ungkap dia.

Ia berharap, dengan adanya kenaikan harga komoditas ini dapat memberikan dampak yang baik terhadap sektor properti.

 

BTN fokus salurkan KPR untuk milenial

BTN sendiri dalam tiga tahun terakhir memiliki fokus penyaluran KPR ke milenial.

Berdasarkan catatannya, BTN sejak tahun 2019 hingga 2021 telah melakukan pembiayaan rumah sebanyak 388.000 unit rumah subsidi dan nonsubsidi untuk milenial.

"Kalau bicara tahun 2021 saja kami ada total 128.000 dari total 170.000 jumlah unit secara total. Jadi fokus kita ke milenial itu sangat besar," ucap dia.

Adapun, ia menjelaskan produk rumah untuk milenial juga terus dikembangkan.

"Produk yang dikhususkan untuk milenial jangka waktunya bisa panjang, loan to value (LTV) 0 persen, bunganya juga fix rate, dan berjenjang naik jangka waktu tertentu menjadi floating, itu juga buat berjenjang mengikuti pertumbuhan cashflow milenial," urai dia.

Peringatan dari Menkeu Sri Mulyani

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meningkatnya inflasi akan membuat semakin sulitnya masyarakat membeli rumah.

Lantaran, tingginya inflasi akan direspons bank sentral dengan menaikkan suku bunga, yang berimplikasi pada kenaikan biaya kredit.

Saat ini bank sentral di beberapa negara sudah menaikkan suku bunga acuannya sejalan dengan meningkatnya inflasi, meski Bank Indonesia (BI) memang belum mengambil kebijakan yang sama.

Namun, ketika BI menaikkan suku bunga acuan seiring naiknya inflasi, maka suku bunga kredit turut naik, termasuk suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang akan membuat biaya membeli rumah semakin mahal.

"Jadi untuk membeli rumah 15 tahun mencicil di awal yang berat suku bunganya dulu, principal-nya di belakang. Itu biasanya karena dengan harga rumah tersebut dan interest rate sekarang harus diwaspadai karena cenderung naik dengan inflasi tinggi," ujarnya Rabu (6/7/2022).

Sri Mulyani mengatakan, kondisi itu dikhawatirkan akan membuat masyarakat sulit membeli rumah karena semakin melebarnya gap antara daya beli dan harga rumah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com