Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Mentah Dunia Dibayangi Inflasi AS dan Potensi Resesi

Kompas.com - 15/07/2022, 07:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.comHarga minyak mentah dunia mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Kamis (14/7/2022). Inflasi Amerika Serikat (AS) yang tinggi pada bulan Juni 2022 sebesar 9,1 persen, dan adanya potensi resesi yang menurunkan daya beli masih membayangi pergerakan harga minyak dunia.

Menguti Bloomberg, harga minyak Wast Texas Immediately (WTI) untuk kontrak Agustus 2022 naik tipis 0,52 persen dan diperdagangkan pada harga 96,3 dollar AS per barrel. Sementara itu, minyak mentah Brent ditutup turun 0,47 persen pada harga 99,1 dollar AS per barrel.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Jatuh Lebih dari 7 Persen, Ini Penyebabnya

Dalam pertemuan G20 di Bali, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, pembatasan harga minyak Rusia sangat penting dalam menurunkan inflasi di tingkat konsumen AS.

Yellen bilang, dampak ekonomi dari masalah geopolitk Rusia dan Ukraina adalah kenaikan harga bahan bakar dan pangan secara global. Dia juga mengatakan biaya energi yang semakin tinggi, turut berkontribusi pada inflasi melonjak di AS.

“Kami melihat banyaknya dampak negatif dari perang Rusia-Ukraina di setiap sudut dunia, terutama sehubungan dengan harga energi yang lebih tinggi, dan meningkatnya harga pangan,” kata Yellen seperti dikutip dari CNBC

Baca juga: Harga Minyak Mentah Dunia Turun Tipis di Tengah Lonjakan Inflasi AS 9,1 Persen

Dia menjelaskan, batas harga minyak Rusia adalah salah satu solusi untuk mengatasi dampak inflasi di AS, dan beberapa negara lainnya. Dia mengatakan, AS akan melanjutkan percakapan dengan negara-negara lain untuk melihat solusi kedepan mengatasi hal tersebut.

”Ini termasuk mengatasi harga pangan, dan juga implementasi batas harga minyak Rusia. Batas harga minyak Rusia adalah alat yang paling ampuh untuk mengatasi dampak inflasi ini. Tapi pembatasan harga minyak Rusia bisa menurunkan pendapatan Putin untuk mendukung mesin perangnya,” tambah Yellen.

Ketika Washington melarang minyak Rusia dan negara-negara Eropa ingin mengurangi penggunaan minyak Rusia, harga minyak telah melonjak. Harga minyak mentah sempat naik di atas 120 dollar AS per barrel pada Maret 2022, setelah perang Rusia-Ukraina dimulai. Para ekonom memperingatkan bahwa larangan lebih lanjut dapat mendorong harga minyak mencapai 175 dollar AS per barrel.

Baca juga: Inflasi AS Melonjak 9,1 Persen Bisa Berdampak ke Indonesia, Sinyal BI Naikkan Suku Bunga

Mekanisme penetapan harga melibatkan AS dan negara-negara lain yang membentuk kartel untuk membeli minyak Rusia dengan harga yang cukup rendah, tapi juga menjada pasokan minyak Rusia. Namun, hal ini membuat Rusia kekurangan dana dalam mendanai perangnya di Ukraina.

“Kami akan membangun sanksi bersejarah yang telah kami terapkan yang membuatnya lebih sulit untuk berperang atau menumbuhkan ekonominya,” kata Yellen.

Rusia masih bungkam atas rencana AS tersebut, sementara negara-negara lain seperti India belum mempertimbangkannya. Pada hari Kamis, China mengindikasikan batas harga dapat memperburuk krisis Ukraina.

Juru bicara Kementerian Perdagangan China Shu Jueting mengatakan, pembatasan harga akan mempersulit, dan malah mendesak negara-negara lain untuk melakukan pembicaraan damai guna mengakhiri perang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com