Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Rusia-Ukraina, Sri Mulyani: Dunia Butuh Koneksi, Bukan Perang

Kompas.com - 15/07/2022, 20:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

BALI, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung perihal perang Rusia-Ukraina dalam pembukaan 3rd Finance Ministers and Central Bank Governor Meeting (FMCBG) G20 Indonesia di Bali, Jumat (15/7/2022).

Ia mengatakan, dalam mendorong pemulihan ekonomi global yang dibutuhkan adalah terbangunnya 'jembatan' guna menghubungkan antar-negara, bukan malah membangun 'tembok' yang memisahkan antar-negara.

Sri Mulyani menekankan, dunia membutuhkan koneksi bukan perang untuk bisa mengatasi berbagai persoalan ekonomi. Maka, peran para negara anggota G20 diperlukan dalam pertemuan internasional itu guna memperkuat komitmen bersama untuk kesejahteraan global.

Baca juga: Tolak Kehadiran Rusia di G20, Menkeu AS: Kami Tetap Teguh Mengecam Perang Putin

"Indonesia akan terus tanpa henti berdiskusi, berkomunikasi, berkonsultasi, dan meminta saran anda (para negara anggota G20). Sehingga kami akan terus membangun jembatan dan kami tidak membangun tembok, karena kami sangat percaya bahwa dunia semakin membutuhkan lebih banyak jembatan dan koneksi, bukan tembok dan perang," ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Sri Mulyani mengungkapkan, bahwa perang Rusia-Ukraina telah memperparah dampak pandemi Covid-19 yang telah memukul perekonomian dalam dua tahun terakhir. Kini dunia dihadapkan pada krisis energi dan pangan.

Harga komoditas energi dan pangan kian melesat sejak perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022 lalu. Lonjakan harga tersebut pada akhirnya berdampak pada peningkatan inflasi yang tinggi di berbagai negara.

Berdasarkan data Bank Dunia, harga minyak mentah telah naik 350 persen sepanjang April 2020 hingga April 2022. Padahal saat awal pandemi terjadi secara global, harga minyak mentah sempat mengalami penurunan yang drastis.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Perang Rusia-Ukraina Jadi Sumber Krisis Energi dan Pangan Dunia

Peningkatan harga minyak mentah dalam kurun waktu dua tahun itu, sekaligus merupakan yang terbesar sejak tahun 1970-an. Krisis energi juga tercermin dari lonjakan harga gas alam di Eropa pada Juni 2022 lalu yang naik 60 persen hanya dalam kurun waktu dua minggu.

Sementara harga komoditas pangan telah melonjak hampir 13 persen di Maret 2022, yang sekaligus mencapai level tertinggi baru dan kemungkinan akan naik lebih jauh menjadi 20 persen pada akhir 2022. Sri Mulyani bahkan memperkirakan, krisis pangan berpotensi berlanjut hingga 2023.

Menurutnya negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah merupakan pihak yang paling rentan terhadap kondisi krisis energi dan pangan global. Maka dalam mengatasi gejolak ekonomi global, ia menekankan perlu adanya kerja sama dari seluruh negara.

"Kita perlu memperkuat semangat multilateralisme. Kita juga perlu membangun jaring pengaman untuk kerjasama kita di masa depan, dan juga terus memperkuat komitmen kita untuk kemakmuran global," tutup Sri Mulyani.

Baca juga: Efek Perang Ukraina, Euro Setara Dollar AS untuk Kali Pertama sejak 2002

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com