Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

G7 Usulkan Batas Harga Minyak Rusia, Harga Minyak Mentah Bisa Naik ke 140 Dollar AS Per Barrel

Kompas.com - 20/07/2022, 07:01 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa (19/7/2022) waktu setempat. Kenaikan harga minyak tersebut terjadi pasca-usulan negara G7 (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis) untuk menetapkan batas harga minyak Rusia.

Mengutip Bloomberg, harga minyak West Texas Immediately (WTI) untuk kontrak Agustus 2022 naik 1,58 persen menjadi 104,2 dollar AS per barrel. Demikian juga dengan minyak Brent untuk kontrak September 2022 yang naik 1,02 persen dan ditutup pada level 107,3 dollar AS per barrel.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Dunia Dibayangi Inflasi AS dan Potensi Resesi

Menurut co-direktur Institute for the Analysis of Global Security Gal Luft batasan harga minyak Rusia adalah ide konyol yang akan menjadi bumerang bagi negara-negara G7 termasuk AS. Rencana tersebut juga dinilai bisa mendorong harga minyak melonjak menjadi 140 dollar AS per barrel.

“Ini semacam ide yang konyol menurut saya. Itu mengabaikan fakta bahwa minyak adalah komoditas yang sepadan,” kata Gal Luft mengutip CNBC.

Baca juga: Negara G7 Akan Larang Impor Emas Rusia

Rencana penetapan batas harga minyak Rusia ini dilakukan karena AS untuk membatasi aliran uang yang masuk ke Rusia, yang mana nantinya akan dipakai Rusia untuk mendanai perangnya. Disamping itu rencana tersebut juga dinilai pemerintah AS akan menurunkan harga minyak di tingkat konsumen.

"Itu bukan cara kerja pasar minyak. Ini adalah pasar yang sangat canggih, Anda tidak bisa memaksa harga turun,” tambah Luth.

Baca juga: Pembahasan Perang Rusia-Ukraina di G20, Apa Hasilnya?

Luth menambahkan, apa yang mungkin akan terjadi adalah Rusia akan membatasi produksinya dan menciptakan kekurangan “buatan” di pasar.

"Orang-orang Eropa dan Amerika yang berbicara tentang pembatasan harga 40 dollar AS per barrel, tapi nantinya yang akan mereka dapatkan adalah 140 dollar AS per barrel," tambah Luft.

Bloomberg menyebut, saat ini AS dan sekutunya telah membahas terkait dengan pembatasan harga minyak Rusia antara 40 dollar AS per barrel sampai dengan 60 dollar AS per barrel.

“Anda tidak bisa menipu hukum penawaran dan permintaan, dan Anda tidak bisa menentang hukum gravitasi ketika menyangkut komoditas yang sepadan,” tambah Luth.

Harga minyak telah bergejolak dan melonjak karena permintaan kembali meningkat setelah beberapa negara-negara melonggarkan pembatasan akibat Covid-19, dan kembali membuka ekonominya.

Perang Rusia di Ukraina juga berkontribusi pada lonjakan harga energi. Untuk menghukum Moskow atas invasi tersebut, AS melarang impor minyak Rusia, sementara Uni Eropa berencana memberlakukan embargo secara bertahap.

Sementara itu, beberapa negara penghasil minyak sedang berjuang untuk meningkatkan produksi. Pengamat pasar lainnya menyebut bahwa India dan China, menjadi pembeli minyak Rusia dengan harga dsikon, dimana kedua negara tersebut kemungkinan tidak masuk dalam negara yang sepakat untuk menetapkan batas harga.

Pada pertemuan G20 di Bali pekan lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyebut langkah pembatasan harga dilakukan sebagai upaya AS untuk memerangi inflasi. Di sisi lain, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyebutkan, masalah energi berasal dari pasokan dan batasan harga tidak menyelesaikan masalah saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com