Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Tahan Suku Bunga Acuan, Rupiah Melemah Tembus Level 15.000 Per Dollar AS

Kompas.com - 21/07/2022, 16:15 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot terus bergerak melemah hingga sesi perdagangan sore, Kamis (21/7/2022). Terpantau nilai tukar rupiah bergerak pada rentang Rp 15.000 per dollar AS pada hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang garuda ditutup pada Rp 15.037 per dollar AS, atau melemah 0,31 persen dibandingkan penutupan kemarin.

Sementara itu, mengacu kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah berada pada level Rp 15.017 per dollar AS pada Kamis, melemah dibanding posisi Rabu (20/7/2022) sebesar Rp 14.984 per dollar AS.

Baca juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,50 Persen

Pelemahan tersebut tidak terlepas dari keputusan Bank Indonesia, yang kembali memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate pada 3,50 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini berdasarkan asesmen yang menyeluruh dari kondisi ekonomi global dan domestik, baik di sektor makroekonomi, sistem keuangan, moneter, maupun sistem pembayaran.

"RDG BI pada 20 dan 21 Juli 2022 memutuskan utk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,50 persen," kata Perry, dalam gelaran konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis.

Sebelumnya, dilansir dari Bloomberg, analis Morgan Stanley menyatakan, kebijakan BI yang cenderung dovish akan membuat nilai tukar rupiah semakin tertekan.

Pasalnya, dengan tingkat suku bunga acuan yang rendah, aliran modal asing keluar atau capital outflow akan terus terjadi.

Namun demikian, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, langkah BI mempertahankan suku bunga acuan merupakan suatu hal perlu dilakukan, untuk mendukung momentum pemulihan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kondisi saat ini pertumbuhan ekonomi cukup bagus, kemudian, data neraca perdagangan pun juga cukup bagus, cadangan devisa juga bagus, indeks manufaktur juga masih bagus," ujar dia, kepada awak media.

Menurut dia, urgensi BI untuk mengkerek suku bunga acuan belum setinggi bank sentral AS atau negara Eropa, mengingat kondisi perekonomian Tanah Air masih lebih kuat merespons lonjakan harga berbagai komoditas global.

Kuatnya fundamental perekonomian RI juga tercermin dari laporan terbaru Bank Pembangunan Asia atau ADB, yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,2 persen pada tahun ini.

Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga mengatakan, naiknya prakiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia dikarenakan adanya permintaan domestik yang kuat dan pertumbuhan ekspor yang stabil. Aktivitas ekonomi terus berlangsung normal seiring dilakukannya pengendalian Covid-19.

"Sehingga mendorong peningkatan dalam pekerjaan, pendapatan, dan kepercayaan yang memicu konsumsi swasta. Permintaan yang sehat dan kredit yang meningkat turut mendorong investasi swasta," ujarnya dalam laporan tersebut.

Baca juga: Pasar Tunggu Hasil Rapat BI, Rupiah Masih Tertekan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com