Tak sampai di situ, PLTU Suralaya juga mengimplementasikan teknologi mutakhir untuk mengurangi polusi akibat dari pembakaran batubara.
Salah satunya adalah sistem boiler pada proyek ini menggunakan teknologi low NOx burner.
Low NOx burner tersebut menggunakan sistem yang dapat mengontrol campuran udara dan bahan bakar sehingga menghasilkan kandungan NOx yang rendah.
NOx merupakan salah satu gas yang berbahaya apabila dilepas ke atmosfer dan dihirup manusia. Setelah itu, gas hasil pembakaran batu bara dari boiler kemudian disalurkan ke SCR.
Pada sistem tersebut, gas buang akan diinjeksi dengan ammonia menggunakan ammonia injection system.
Baca juga: Kementerian BUMN Usul 10 BUMN Dapat PMN Rp 73,26 Triliun pada 2023, Tertinggi Hutama Karya
Proses itu menghasilkan reaksi kimia antara ammonia dan N0x sehingga gas buang bersih dari kandungan N0x.
Ferry memaparkan, gas buang kemudian disalurkan menuju ESP untuk menyaring partikulat-partikulat padat hasil pembakaran batu bara agar tidak terbuang ke udara.
Dia menyebutkan, sistem ESP tersebut menghasilkan medan elektrostatik yang memungkinkan partikulat dari gas buangan tersebut tertarik dan menempel pada anoda yang ada di ESP.
“Partikulat yang tertarik kemudian dikumpulkan untuk di-treatment lebih lanjut,” imbuh Ferry.
Dari ESP, gas yang partikulatnya sudah tersaring kemudian masuk ke FGD yang berfungsi untuk menetralkan kandungan SO2.
Gas dari ESP lalu disalurkan ke FGD sehingga gas tersebut akan disemprotkan cairan batu kapur untuk mengikat kandungan SO2.
Baca juga: Uji Coba Cangkang Kelapa Sawit Pengganti Batu Bara di PLTU Tembilahan, Beban 7 MW Tetap Stabil
“Gas buang yang sudah bersih kemudian dibuang melalui chimney. Kandungan gas buang tersebut dikontrol secara terus-menerus menggunakan Continuous Emission Monitoring System yang terpasang di chimney,” ujarnya.
Ferry menegaskan, PLTU Suralaya akan memastikan gas buang hasil pembakaran batubara selalu memenuhi standar lingkungan hidup yang berlaku.
Lebih lanjut, Ferry mengatakan, perkembangan proyek PLTU Suralaya saat ini sedang dalam pengerjaan pada area-area concern, seperti turbine building, BOP, jetty, intake, CHS, dan chimney.
Dia menyebutkan, Hutama Karya tetap berkomitmen menyelesaikan proyek PLTU Suralaya pada 2025 sesuai kontrak awal dengan Indo Raya Tenaga (IRT) selaku pemilik proyek.
Baca juga: PLTP Bisa Gantikan PLTU, Tapi Harga Listriknya Perlu Ditekan