Bhima juga menyebut, indikator lain yang perlu dicermati adalah soal potensi krisis pangan. Menurutnya, Indonesia memiliki kelemahan dalam hal pangan, dimana tahun 2021 luasan lahan panen untuk padi menurun 2 persen.
“Dalam global securities index, Indonesia juga berada di urutan ke-69, artinya kita masuk yang terendah diantara negara-negara di Asean. Dengan begitu, secara ketejangkauan pasokan pangan, Indonesia sebenarnya berada dalam posisi yang rentan,” ungkap Bhima.
Kenaikan harga pangan juga bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, mengingat Indonesia juga merupakan importir besar untuk beberapa kebutuhan pokok, seperti bawang putih yang masih impor 85 persen, gula dimana Indonesia merupakan yang tertinggi dan terbesar di dunia. Kemudian, gandum jug aimpor 100 persen, demikian juga dengan pupuk yang sebagian masih mengandalkan impor.
“Ini akan mmpengaruhi stabilitas ekonomi di dalam negeri. Ditambah lagi kenaikan suku bunga di negara-negara lain secara agresif yang bisa menekan konsumen dan berdampak pada kontraksi ekonomi. Namun Indonesia belum memasuki resesi. Tantangannya mungkin di akhir tahun 2022, atau awal 2023,” tegas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.