Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Minus 0,9 Persen di Kuartal II-2022, AS Resmi Masuk Jurang Resesi?

Kompas.com - 29/07/2022, 14:07 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tercatat minus 0,9 persen pada kuartal II-2022, berdasarkan laporan Biro Riset Ekonomi AS (NBER). Laju ekonomi itu melanjutkan kontraksi pada kuartal I-2022 yang tercatat minus 1,6 persen.

Dengan demikian, ekonomi AS mengalami kontraksi pada dua kuartal berturut-turut. Lalu apakah AS sudah resmi masuk jurang resesi?

Secara umum, definisi resesi adalah penurunan perekonomian selama dua kuartal berturut-turut. Namun, itu bukanlah definisi resmi.

Biro Riset Ekonomi Nasional adalah lembaga yang akan menyatakan resesi ekonomi AS, yang biasanya terjadi setelah berbulan-bulan penelitian dan perdebatan.

Baca juga: PDB Kuartal II-2022 Terkontraksi 0,9 Persen, AS Resmi Resesi?

Lembaga tersebut tidak menggunakan definisi resesi yang diterima secara umum, sebaliknya NBER mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian dan berlangsung lebih dari beberapa bulan.

Di sisi lain, hampir tidak ada ekonom besar Wall Street yang mengharapkan NBER mengatakan ekonomi AS berada dalam resesi selama paruh pertama tahun 2022.

"Kami tidak dalam resesi, tetapi jelas pertumbuhan ekonomi melambat. Ekonomi mendekati kecepatan terhenti, bergerak maju tetapi nyaris tidak," kata Mark Zandi, Kepala Ekonom di Moody's Analytics dikutip dari CNBC, Jumat (29/7/2022).

Seperti rekan-rekannya di Street, Zandi menilai dengan pasar kerja yang ramai, bahkan dengan penambahan 457.000 pekerjaan per bulan pada tahun ini yang masih belum kembali ke level sebelum pandemi, merupakan alasan utama NBER tidak akan menyatakan resesi.

Begitu pula dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Jannet Yellen yang bersikeras menyatakan perekonomian AS belum mengalami resesi, meski sudah dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi. Ia menyebut, ekonomi AS berada dalam keadaan transisi, bukan resesi.

Menurutnya, definisi resesi adalah pelemahan ekonomi kita yang luas yakni mencakup PHK besar-besaran, penutupan bisnis, pelemahan daya beli rumah tangga, dan perlambatan aktivitas sektor swasta.

Baca juga: Cegah AS Masuk Jurang Resesi, The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Basis Poin

“Bukan itu yang kita lihat sekarang. Ketika anda melihat ekonomi (saat ini), penciptaan lapangan kerja terus berlanjut, keuangan rumah tangga tetap kuat, belanja konsumen, dan bisnis tetap tumbuh,” katanya saat konferensi pers di Departemen Keuangan, Kamis kemarin.

Yellen menilai, ekonomi AS masih berjalan, yang salah satunya dibuktikan dengan pertumbuhan pengupahan pada sektor nonpertanian yang mencapai lebih dari 9 juta.

Meski demikian, AS saat ini tetap menghadapi hambatan ekonomi yang lebih besar, yakni lonjakan inflasi mencapai 9,1 persen pada Juni 2022. Hambatan menunjukkan perekonomian yang gagal kembali ke zona positif.

Kondisi lonjakan inflasi menyebabkan jatuhnya tingkat kepercayaan konsumen dan bisnis. Sejumlah survei menunjukkan sebagian besar warga AS percaya negara itu sudah masuk ke dalam jurang resesi.

Yellen mengatakan saat ini pihaknya tengah fokus menekan inflasi yang menyebabkan lonjakan harga. Pihaknya akan berupaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil.

“Kami tahu ada tantangan di depan kami. Pertumbuhan melambat secara global. Inflasi tetap sangat tinggi, dan merupakan prioritas utama pemerintahan ini untuk menurunkannya,” kata Yellen.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden dan Yellen telah menggembar-gemborkan rancangan undang-undang (RUU) untuk memerangi inflasi, yang telah disetujui pihak parlemen. RUU itu dirancang untuk meningkatkan penerimaan pajak, menurunkan biaya obat-obatan, dan berinvestasi dalam energi terbarukan (EBT).

Meski demikian, ia menekankan, bahwa Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) punya peran utama dalam menurunkan inflasi.

Adapun The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali di tahun ini, dengan total kenaikan 2,25 persen. The Fed juga kemungkinan besar masih akan terus menaikkan suku bunga sampai akhir tahun.

Baca juga: AS Terancam Resesi, Rupiah Menguat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com