JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan eksternal yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional. Pihaknya pun akan terus mengantisipasi kondisi global.
Ia mengatakan, setelah ekonomi dunia tertekan akibat pandemi Covid-19, pemulihan ekonomi terganggu karena terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina yang berdampak signifikan pada perekonomian global.
Inflasi yang sudah tinggi akibat pemulihan pasca pandemi, semakin melonjak karena tensi geopolitik Rusia-Ukraina. Lantaran, kedua negara tersebut memiliki peran sebagai produsen energi dan pangan dunia, termasuk pupuk.
Baca juga: APBN Surplus, Sri Mulyani: Kami Tidak Jumawa, Situasi Global Tidak Pasti
"Perangnya di Eropa, tapi dampaknya ke seluruh dunia. Krisis pangan dan energi terjadi, karena Rusia produsen energi yang termasuk terbesar di dunia. Ukraina-Rusia juga produsen pangan terbesar di dunia, termasuk pupuk," ujar Sri Mulyani dalam acara Dies Natalis ke-7 PKN STAN, Jumat (29/7/2022).
"Maka dalam situasi inflasi yang muncul karena pemulihan ekonomi tidak diikuti supply, ditambah disrupsi perang, dunia tidak baik-baik saja. Inflasi di berbagai negara melonjak tinggi," tambah dia.
Lonjakan inflasi turut terjadi diberbagai negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara-negara di kawasan Eropa. Kondisi tersebut tentunya sangat memiliki pengaruh terhadap Indonesia.
Sebab, inflasi yang tinggi akan direspons oleh bank-bank sentral negara maju dengan pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga yang agresif, sehingga membuat terjadinya arus modal keluar (capital outflow) dari negara emerging market, termasuk Indonesia.
"Berbagai kemungkinan terjadi, dengan kenaikan suku bunga maka outflow terjadi di seluruh negara berkembang dan emerging market, termasuk Indonesia, dan itu bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah, suku bunga, bahkan inflasi di Indonesia," ungkapnya.
Di sisi lain, perekonomian AS dan China juga melemah, padahal keduanya merupakan mitra dagang utama Indonesia. Pelemahan ekonomi kedua negara itu bakal berdampak terhadap permintaan produk RI sehingga dapat menurunkan kinerja ekspor Indonesia.
Baca juga: Dilema Sri Mulyani: Cepat Salurkan Anggaran ke Daerah, tapi Pemda Masih Rajin Menabung
"AS, China, Eropa adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi, kalau mereka melemah, permintaan ekspor turun dan harga komoditas turun," kata dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.