KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan produksi gula konsumsi melalui pola ekstensifikasi maupun intensifikasi.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat melakukan olah tanah, tanam, dan panen tebu di Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar), Jumat (29/7/2022).
SYL mengungkapkan, kegiatan olah tanah, tanam, dan panen tebu yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) merupakan tindak lanjut Instruksi Presiden (Inpres) Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) kepada jajarannya.
Jajaran pemerintahan tersebut, utamanya ditujukan kepada Mentan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN) ketika rapat terbatas beberapa waktu lalu di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Rapat terbatas itu bertujuan untuk mempersiapkan berbagai langkah yang perlu dilakukan guna memenuhi kebutuhan gula nasional sesegera mungkin.
Baca juga: Mentan Syahrul Sebut Produksi Gula Nasional Masih Rendah
“Bapak Presiden men-challenge bahwa kami punya lahan masih cukup tersedia. Kami punya kemampuan untuk menghadirkan varietas yang bagus. Bahkan, beliau sudah mempersiapkan permodalan dalam skema Kredit Usaha Rakyat (KUR),” katanya dalam keterangan tertulis yang Kompas.com, Jumat.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Subang Ruhimat mengatakan bahwa luas lahan yang ada di wilayahnya kurang lebih 220.000 dan sekitar 60 persen dimiliki BUMN.
“Salah satu contoh, areal milik Perhutani itu masih ada yang satu spot-nya saja mungkin dua kali dari di Pabrik Gula (PG) Rajawali ini Pak Menteri,” ucapnya.
Untuk diketahui, produksi gula nasional pada 2021 mencapai 2,35 juta ton atau naik 10,3 persen dibandingkan produksi 2020, hanya sebesar 2,13 juta ton.
Produksi gula tersebut berasal dari hasil giling tebu dalam negeri oleh pabrik gula dan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi sebesar 3,2 juta ton.
Baca juga: Targetkan Swasembada Gula Konsumsi di 2025, Ini Strategi BUMN
Dengan begitu, untuk memenuhi kebutuhan swasembada masih dibutuhkan tambahan produksi sebesar 850.000 ton Gula Kristal Putih (GKP).
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menyiapkan lima strategi untuk mengejar kebutuhan gula konsumsi nasional.
Pertama, identifikasi kesesuaian lahan baru untuk tebu. Kedua, pemanfaatan lahan Hak Guna Usaha (HGU) yang terlantar. Ketiga, revitalisasi pabrik gula.
Keempat, yaitu investasi pabrik gula baru, dan kelima adalah perbaikan pola kemitraan antara pabrik gula dengan petani tebu.
“Ke depan, untuk memenuhi kekurangan 850.000 ton itu, kami akan melakukan penanaman lahan baru seluas 75.000 hektar (ha) dengan pemanfaatan lahan Perhutani ataupun pada lahan HGU yang terbengkalai,” imbuh Andi.
Baca juga: Glenmore: Musim Giling Tebu Tahun Ini Sangat Menantang
Selain penanaman, lanjut dia, pihaknya juga menambahkan pendekatan intensifikasi yang dilakukan melalui bongkar ratoon atau tanaman tebu seluas 75.000 ha dan rawat ratoon seluas 125.000 ha.
“Dari perluasan, bongkar, dan rawat ratoon tersebut diharapkan mampu memberikan tambahan produksi serta menaikan produktivitas. Dengan begitu, kekurangan sebesar 850.000 ton GKP tersebut dapat terpenuhi,” imbuh Andi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.