Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Banyaknya produk minuman yang digandrungi anak muda masa kini membuat berbagai nama produk berlomba-lomba untuk berinovasi untuk mempertahankan bisnisnya. Salah satu produk minuman yang dikenal hingga kini adalah Haus!
Haus diketahui berdiri sejak Juni 2018 dan perlahan-lahan mulai menanjakkan namanya melalui berbagai varian rasa minuman yang mengedepankan kualitas dengan harga yang terjangkau.
Gufron Syarif, CEO Haus Indonesia, mengaku sudah memantau fenomena naiknya minat industri food and beverage dengan mediator pesan antar sejak tahun 2015. Fenomena ini memberikan banyak keuntungan karena penjualan tidak hanya di mall atau food court, tetapi juga secara daring.
Gufron juga menyampaikan, “di beberapa titik misalnya pinggir jalan, selama dari segi penduduknya ada, kita bisa dapet traffic.” Simak perbincangan siniar Cuan, Cari Untung Bareng teman, bersama Gufron dalam episode “Bisnis Story: Haus! Indonesia”.
Kemudahan dalam akses mendapatkan makanan atau minuman siap saji ini dipantau pula oleh Gufron dalam mobilitas kurir di Kopi Tuku yang kian meledak. Saat itu, setiap hari diperkirakan ribuan kopi terjual hanya melalui kurir pesan antar daring.
Tidak hanya produk dalam negeri, Gufron juga melakukan riset dari penjualan minuman-minuman di luar negeri seperti Cina.
“Beverage ada yang lebih menggiurkan di mana di Indonesia belum meledak-meledak amat. Kategorinya new tea boba. Jadi kalo di Cina, market charge kopi itu 200 Triliun setahun, dan market new tea bobanya tuh di 224 Triliun setahun,” ujar Gufron.
Baca juga: 3 Cara Tukarkan Bitcoin Menjadi Rupiah
Sedangkan di 2014–2015 semua orang bergerak ke arah bisnis kopi. Sedangkan, terdapat produk dari kategori ini namun hanya menyasar kalangan sekmen tengah, yaitu ChatTime yang kala itu sudah memiliki 300 outlet.
Sedangkan, jika melihat pada risetnya di Cina, semua kalangan memiliki produk unggulan mereka sendiri. Misalnya kalangan upper class ada High Tea, middle yaitu High Tea Lemon, dan terakhir atau lower adalah Mixue.
Mixue berhasil memiliki sepuluh cabang dengan revenue sebesar 14 Triliun per tahun. Hal inilah yang mendorong Gufron untuk mencoba mengembangkan kategori minuman ini karena melihat di Indonesia sendiri market untuk minuman ini masih sangat jarang.
Kekosongan supply ini menurut Gufron juga merupakan peluang bagi pengusaha sepertinya untuk bergerak mengambil kesempatan. Dalam analisis Gufron sendiri, pasar minuman ini akan tumbuh hingga 20 Triliun per tahun, melihat pada minuman ini yang kian digemari.
Selain itu, pertimbangan lainnya dalam bisnis yang harus diperhatikan menurut Gufron sendiri adalah lebih baik jadi yang pertama daripada berusaha mengalahkan yang terbaik. termasuk dalam hal mengalahkan ChatTime yang sudah memiliki banyak konsumen royal.
Ia juga mengungkapkan untuk Haus ia tidak pernah menaruh ekspektasi besar. Dengan bermula dari saru toko dan target omset yang kecil, namun seiring berjalannya waktu konsumen pun akan mengetahui kualitasnya sendiri hingga kini memiliki 201 outlet dan beromset 15 juta sehari.
Haus tidak memiliki konsep cabang, hal ini juga yang membedakan mereka dengan brand lainnya. Gufron mengungkapkan sejak awal ia meriset mengenai bisnis, ia menemukan bahwa di Indonesia tidak ada cabang yang dapat bertahan kecuali brand-brand besar.
Brand besar seperti McD, KFC, dan lainnya itu sudah memiliki komitmen dan taraf profesionalisme yang tinggi. Sehingga ketahanan bisnis tiap cabangnya tetap kuat.
Hal ini berbeda dengan UKM kecil yang tidak memantau secara langsung cabang yang mereka miliki sehingga keprofesionalan pemilik cabang itu tidak terjangkau.
Juga, kebanyakan yang menjual cabang akan cenderung berorientasi pada hal itu dan meninggalkan kualitas. Memang keuntungan secara cepat mereka dapatkan, namun mereka luput bahwa kepercayaan konsumen terkikis karena kualitas yang makin buruk.
Simak perbincangan bersama Gufron Syarif, CEO Haus Indonesia, dalam siniar Cuan, Cari Untung Bareng teman, episode “Bisnis Story: Haus! Indonesia” hanya di Spotify.
Dengarkan juga episode menarik lainnya yang membicarakan perihal perencanaan keuangan, investasi, bisnis, hingga asuransi yang dapat menambah wawasan kamu agar keuangan tetap terjaga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.