SEJAK awal 2015 ramai dibicarakan, pembanungunan megaproyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) hingga hari ini nasibnya masih terkatung-katung.
Tak kunjung ada kepastian kapan pembangunannya akan selesai, kapan akan beroperasi, dan kapan proyeknya akan balik modal.
Saat ini, proses penyelesaian proyek membutuhkan biaya dan waktu tambahan dari pemerintah.
"Plot twist" pembangunan kereta cepat ini disebabkan terjadinya cost overrun (kelebihan biaya) sehingga merubah timeline dalam proses pengerjaannya.
China Development Bank (CDB) meminta Pemerintah Indonesia turun tangan untuk menanggung pembengkakan biaya tersebut.
Adapun biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung bengkak menjadi 8 miliar dollar AS atau setara Rp 114,24 triliun, bertambah 1,9 miliar dollar AS (Rp 27,09 triliun) dari rencana awal sebesar 6,07 miliar dollar AS atau setara Rp 86,5 triliun (Kompas.com/31/7/2022).
Meskipun pada akhirnya terpaksa disuntik dana APBN sebesar lebih dari Rp 4 triliun, tetap saja belum menutupi biaya overrun dan biaya penyelesaian proyek fisik KCJB.
Kebutuhan dana pembangunan fisik kemungkinan besar masih akan bertambah karena masih banyaknya permasalahan di pembangunan fisik KCJB akibat timbulnya beberapa permasalahan konstruksi, seperti beberapa tiang pancang kembali harus dibongkar karena patut diduga ada kesalahan konstruksi dan sistem signaling yang menggunakan teknologi selular.
Cost overrun yang membengkak disebabkan karena pengadaan lahan yang harganya meroket akibat terlibatnya para makelar tanah di sepanjang jalur KCIC.
Lalu banyaknya insiden selama proses pengerjaan pembangunan. Proyek itu disebut menjadi penyebab banjir di jalan tol Trans Jawa di daerah Bekasi karena tanah pekerjaan menyumbat saluran air jalan tol.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.