Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Beberkan Data-data, Bantah Indonesia Dikontrol China

Kompas.com - 07/08/2022, 17:14 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan membantah anggapan bahwa Indonesia dikontrol Cina. Ia bilang, kondisi Indonesia saat ini tidak terlalu tergantung pada Cina.

Untuk membantah anggapan itu, Luhut lalu membeberkan data-data terkait defisit perdagangan atau trade deficit antara Indonesia dengan Cina terus menurun setiap tahun.

Trade deficit adalah kondisi nilai impor suatu negara melebihi ekspornya selama periode waktu tertentu. Ia bertutur, orang yang menganggap Indonesia dikontrol China, dinilainya tidak mengerti soal angka-angka makro tersebut.

Dalam penjelasannya, dalam beberapa tahun, Luhut menyebut nilai defisit ekspor-impor Indonesia dari China terus menyusut hingga ke level 17 miliar dollar AS, dari sebelumnya sempat mencapai 27 miliar dollar AS.

Baca juga: Mengingat Janji Jokowi saat Pilih China: Kereta Cepat Tak Pakai APBN

Bahkan, nilai defisit impor Indonesia dengan China sudah berkurang lagi menyisakan sekitar 2 miliar dollar AS di tahun 2021.

"Jadi kalau ada orang bilang kita dikontrol China saya juga kadang-kadang bingung ini yang ngomong ngerti nggak angka," ucap Luhut seperti dikutip dari akun Youtube Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) pada Minggu (7/8/2022).

"Saya tentara, saya karena tiap hari di-brief (arahan) oleh anak-anak muda di kantor saya saya jadi paham ini angka, we are on the right track, kita sekarang jalan di track yang benar," tambah dia.

Diungkapkan Luhut, jika menggunakan patokan perdagangan kedua negara, Indonesia mulai mengurangi ketergantungannya pada Beijing.

Baca juga: Indonesia Jadi Pelaris Kereta Cepat Buatan China

"Kita kadang nggak percaya bahwa kita hebat. Kita ini hebat. Ini Anda lihat juga tadi defisit perdagangan dengan China, bagaimana orang bilang China mengontrol kita?" tegas Luhut.

Hal lain yang dilakukan pemerintah, adalah menggenjot hilirisasi produk tambang. Di mana banyak investor, termasuk dari China, yang menanamkan modalnya di sektor ini.

"Dulu kita ekspor raw material nikel sekarang kita proses di sini. 2024 kita akan memproduksi lithium batre terbesar mulai MNC811. Tahun 2027 kita akan membuat litium batre kalau tidak pertama kedua di dunia," beber Luhut.

Luhut percaya, ekspor produk hilir tambang Indonesia bakal terus meningkat. Ia mencontohkan, ekspor komoditas olahan tambang Indonesia pada tahun lalu saja sudah mencapai 21 miliar dollar AS, lalu naik lagi menjadi 30 miliar dollar AS.

Baca juga: Rentetan Insiden Serius Kereta Cepat Gara-gara Kelalaian Kontraktor

"Dampaknya ini luar biasa pada ekonomi kita. Banyak yang tidak berani. Sehingga sekarang ekspor tertinggi 232 miliar dolar AS tahun lalu, tahun ini mungkin 300 miliar dollar AS. Tahun 2030 kita mungkin 450 miliar dollar AS," ungkap Luhut.

Karena keberhasilan pemerintah pula, sampai-sampai Menhan Prabowo Subianto yang pernah jadi rival Presiden Jokowi di Pilpres dan seringkali mengkritik rezim, kini berbalik memuji.

"Pak Prabowo ini, Jenderal Prabowo berkali-kali bilang ke saya, bang dulu saya enggak setuju begini-begini. Tapi setelah saya lihat beliau sampaikan ke saya, saya angkat topi kepada Presiden Jokowi," ucap Luhut.

Baca juga: Kala Jonan Tak Hadir Saat Jokowi Groundbreaking Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan Alasannya...

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com