Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu ETF dan Bedanya dengan Reksa Dana Biasa

Kompas.com - 07/08/2022, 23:52 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

6. Underlying dan Settlement

Underlying ETF adalah indeks acuan, sedangkan reksa dana adalah saham. Settlement ETF T+2 (dua hari setelah transaksi dilakukan), sementara reksa dana T+7 (tujuh hari setelah transaksi dilakukan).

7. Dealer partisipan

Berikutnya yang membedakan antara reksa dana dan ETF adalah ETF memiliki dealer partisipan. Yaitu anggota bursa yang bekerja sama dengan manajer investasi pengelola ETF untuk melakukan penjualan atau pembelian unit penyertaan ETF. Sedangkan pada reksa dana tidak ada dealer partisipan.

Baca juga: BPKP: Audit Tata Kelola Timah dalam Rangka Perbaikan

Keungulan ETF

Adapun keunggulan investasi pada ETF adalah sebagai berikut:

1. Mudah dan fleksibel

Keunggulan pertama dari ETF adalah dapat dibeli dan dijual kapan pun selama jam perdagangan seperti halnya saham.

2. Rendah biaya dan risiko

Kedua, keunggulan dari ETF adalah dari sisi biayanya. Management fee ETF relatif lebih rendah dibanding reksa dana. Selain itu, biaya transaksi ETF di pasar sekunder sesuai dengan komisi broker, dan risiko rendah karena likuiditas terjamin.

3. Cakupan luas

Keunggulan lain dari ETF adalah cakupannya luas. Punya 1 ETF artinya sama dengan punya puluhan saham-saham unggulan. ETF yang ditawarkan juga variatif. Per Mei 2021, ada 47 produk ETF yang tercatat di bursa.

Baca juga: Cara Bayar Pembelian Beli Emas Antam di Bank BCA

4. Transparan

Selain itu, keunggulan lain dari ETF adalah transparan. Informasi mengenai ETF dan saham-sahamnya dapat diakses kapan saja dan dimana saja.

5. Cocok untuk jangka pendek dan jangka panjang

Pengelolaan ETF untuk jangka pendek dilakukan oleh manajer investasi melalui trading secara aktif. Manajer investasi memegang peran penting untuk mengelola struktur indeks agar melampaui indeks acuan.

Oleh sebab itu, pengelolaan aktif ini berguna untuk keuntungan yang lebih banyak dalam jangka pendek.

Lain hal dalam pengelolaan ETF pasif yang berguna untuk jangka panjang. Pengelolaan ETF pasif dilakukan dengan mengikuti indeks acuan.

Manajer Investasi lebih jarang bertransaksi karena struktur ETF-nya diganti hanya ketika bursa memberikan pengumuman pergantian indeks.

Baca juga: Cara Cek Tagihan Listrik lewat PLN Mobile, Mudah dan Praktis

Kekurangan ETF

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya, meski memiliki banyak kelebihan, namun ETF juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan ETF adalah sebagai berikut:

1. Biaya pajak capital gain

Ketika Investor menjual Reksa dana ETF-nya di bursa efek, terdapat biaya pajak yang harus dibayarkan kepada Pemerintah. Besar pajaknya adalah final 0,1 persen dari nilai penjualan.

Ketentuan tersebut tidak lagi melihat apakah investor mendapatkan keuntungan atau kerugian dari penjualannya. Tentu saja hal ini berbeda bila kamu membeli reksa dana yang bukan objek pajak.

2. Biaya spread (selisih harga jual dan beli)

Dalam ETF, terdapat selisih antara harga jual dan harga beli unit penyertaan. Tentu berbeda dengan Reksa dana biasa yang selalu dibeli dan dijual kembali pada NAB. Investor ETF yang menjual unit pernyertaannya harus menanggung biaya yang merupakan selisih antara harga jual dan harga beli.

Baca juga: Luhut Beberkan Data-data, Bantah Indonesia Dikontrol China

Demikian penjelasan singkat tentang apa itu ETF, keunggulan, dan bedanya dengan reksadana biasa. ETF adalah salah satu jenis instrumen investasi yang menjadi pilihan investor.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com