Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Waspadai Penurunan Harga Komoditas di 2023

Kompas.com - 08/08/2022, 19:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, lonjakan harga komoditas yang terjadi saat ini diperkirakan akan melemah di 2023. Oleh sebab itu, pemerintah akan mengantisipasi penurunan harga komoditas dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023.

"Untuk pendapatan negara tahun depan memang ini menjadi salah satu yang perlu untuk kami perhatikan karena tahun ini windfall profit yang berasal dari komoditas sangat tinggi," ujarnya dalam konferensi pers usai sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (8/8/2022).

Baca juga: Harga Komoditas Naik, Sri Mulyani Yakin PNBP Sumber Daya Alam Lampaui Target

Seperti diketahui, kenaikan harga komoditas pada tahun ini memberikan keuntungan bagi penerimaan negara. Pemerintah bahkan menargetkan pendapatan perpajakan dari windfall komoditas bisa mencapai Rp 327,9 triliun di sepanjang 2022.

Nilai itu terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp 279 triliun dan pendapatan bea cukai, khususnya bea keluar dari komoditas seperti CPO, sebesar Rp 48,9 triliun.

"Tapi ini mungkin tidak akan berulang atau tidak akan setinggi ini untuk tahun depan," kata dia.

Baca juga: Pemulihan Ekonomi Dibayang-bayangi Mahalnya Harga Komoditas, Termasuk Minyak Goreng

Proyeksi harga minyak mentah, batu bara, CPO tahun depan

Ia mengatakan, proyeksi penurunan harga komoditas itu sejalan dengan perkiraan penurunan harga di pasar global. Seperti, harga minyak mentah yang pada tahun ini diproyeksi bisa mencapai 95-100 dollar AS per barrel, namun di 2023 diperkirakan melemah ke level 90 dollar AS per barrel.

Selain itu, komoditas batu bara yang diproyeksi harganya bisa mencapai 244 dollar AS per ton, namun diperkirakan harganya melemah menjadi 200 dollar AS per ton pada tahun depan.

Begitu pula dengan CPO yang diperkirakan mencapai 1.350 dollar AS per ton pada tahun ini, namun diyakini pada 2023 harganya akan turun menjadi di bawah 1.000 dollar AS per ton.

Baca juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,44 Persen, Sri Mulyani: RI Terbukti Tangguh Hadapi Gejolak Global

Oleh sebab itu, pemerintah perlu mewaspadai dampak penurunan harga komoditas terhadap penerimaan negara di tahun depan. Terlebih, pemerintah harus merealisasikan defisit APBN 2023 di bawah 3 persen produk domestik bruto (PDB).

"Jadi tentu ini semuanya harus dipertimbangkan dalam mengestimasi penerimaan negara tahun depan," ucap Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com