Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Dampak Ketegangan China-Taiwan Lebih Buruk dari Perang Rusia-Ukraina

Kompas.com - 08/08/2022, 20:35 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak dari ketegangan antara China dan Taiwan disinyalir lebih buruk dari perang Rusia dan Ukraina.

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengatakan, antaran dibalik ketegangan kedua kubu tersebut terdapat dua negara besar yang selama ini kerap bersitegang, yakni China dan Amerika Serikat (AS).

"Dampak dari ketegangan China dan Taiwan bisa berdampak lebih buruk dibanding perang Ukraina-Rusia. Taiwan sebagai proxy war antara kepentingan yang lebih luas antara AS dan China," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/8/2022).

Baca juga: Bahlil: Mau Tahun Politik, Jangan Sampai Terjadi Wait and See Investasi

Menurutnya, dengan keterlibatan AS di ketegangan tersebut dapat berpengaruh pada perekonomian Indonesia.

Pasalnya, keduanya menjadi tujuan ekspor tradisional Indonesia yang berkontribusi sebesar 21 persen untuk AS dan 11 persen untuk China kepada total ekspor Indonesia.

"Artinya 32 persen atau sepertiga ekspor Indonesia terancam dan menurunkan surplus neraca dagang," ungkapnya.

Baca juga: Tesla Beli Nikel ke Perusahaan China di Morowali, Ekonom: Jelas Lecehkan Posisi Indonesia...

Kemudian, letak geografis Taiwan yang berada di Asia atau lebih dekat ke Indonesia tentu akan memberikan dampak lebih besar ke Indonesia dan negara Asia lainnya dibanding perang Rusia-Ukraina.

"Persepsi investasi di kawasan Asia akan dipengaruhi kelanjutan konflik di Taiwan," kata Bhima.

Selanjutnya, keputusan China untuk memberikan sanksi ke Taiwan dinilai menambah panjang deretan negara yang melakukan proteksi ekspor pangan. Sebab, sebelumnya ada 30 negara yang lakukan hal serupa dengan berbagai alasan.

Baca juga: Hubungan China dan Taiwan Memanas, RI Dinilai Bisa Lakukan Penetrasi Ekspor

Belum lagi kemungkinan perang dagang yang bisa kapan saja terjadi antara China dan Taiwan yang akan mempengaruhi pasokan semikonduktor sehingga menyebabkan biaya industri elektronik dan otomotif naik signifikan.

"Secara risiko kalau Taiwan dan China jadi perang dagang maka eskalasi konflik akan mempengaruhi pasokan semikonduktor sehingga penjualan mobil di Indonesia bisa tertekan," ucap Bhima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com