NEW YORK, KOMPAS.com - SoftBank membukukan kerugian bersih kuartalan sebesar 23 miliar dollar AS atau Rp 342,7 triliun (kurs Rp 14.900 per dollar AS) pada unit Vision Fund. Nilai kerugian terbesar ini lantaran saham teknologi terus terpukul di tengah kenaikan suku bunga.
Dikutip dari CNN, Pendiri dan CEO SoftBank Masayoshi Son berjanji akan memperketat kriteria investasi dan mempertahankan uang tunai untuk mengatasi hal ini. Dia mengisyaratkan akan memotong jumlah karyawan Vision Fund.
"Dunia dalam kebingungan besar," ujar Son mengomentari aksi jual saham teknologi, dikutip Selasa (9/8/2022).'
SoftBank akan membeli kembali sahamnya senilai hingga 400 miliar yen sehingga dapat menenangkan investornya.
Baca juga: Sederet Nama Besar di Balik IPO GoTo, dari SoftBank hingga Alibaba
Secara keseluruhan, penurunan portofolio mendorong SoftBank ke kerugian bersih 3,16 triliun yen atau 23 miliar dollar AS pada Kuartal II 2022 yang menjadi kerugian terbesar yang pernah ada.
Adapun investasi terdaftar yang mengalami penurunan nilai ialah perusahaan robotika AutoStore Holdings Ltd dan perusahaan kecerdasan buatan SenseTime Group Inc.
Untuk mengumpulkan uang, SoftBank telah keluar dari beberapa perusahaan termasuk perusahaan ridehailer Uber Technologies (UBER) dan platform penjualan rumah Opendoor Technologies, dengan total keuntungan sebesar 5,6 miliar dollar AS.
SoftBank menjual Uber dengan harga saham rata-rata 41,47 dollar AS, lebih besar dibandingkan dengan harga penutupan Jumat 32,01 dollar AS dan saham Vision Fund kedua di 269 perusahaan senilai 37,2 miliar dollar AS pada akhir Juni atau lebih besar dibandingkan dengan biaya saat akuisisi 48,2 miliar dollar AS.
Turunnya volume penawaran umum perdana dan skeptisisme pasar terhadap perusahaan rintisan yang merugi telah menekan sumber modal penting bagi SoftBank yang berharap untuk mendaftarkan perancang chip Arm setelah runtuhnya penjualan ke Nvidia (NVDA).
Kendati demikian, SoftBank bukan satu-satunya korban dari aksi jual teknologi. Hedge fund Tiger Global melihat dana andalannya turun 50 persen pada paruh pertama tahun ini setelah meremehkan dampak lonjakan inflasi di pasar.
Berkshire Hathaway membukukan kerugian kuartalan 44 miliar dollar AS pada investasi dan derivatifnya, dengan Chief Executive Warren Buffett mendesak investor untuk mengabaikan fluktuasi.
Baca juga: Softbank Batal Tanam Modal di IKN, Ini Jawaban Sri Mulyani
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.