Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Strategi Badan Pangan Nasional Cegah Fluktuasi Harga DOC, Telur dan Daging Ayam

Kompas.com - 09/08/2022, 17:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Fluktuasi pasokan dan harga day old chick (DOC), telur ayam, dan daging ayam, selalu terjadi di setiap tahun.

Untuk mengantisipasi hal tersebut Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menggelar pertemuan stakeholder untuk mempersiapkan sejumlah strategi.

Pembahasan dilakukan dalam Rapat Koordinasi di Kantor NFA, Jakarta, Senin (8/2/2022), bersama perwakilan seluruh stakeholder pangan. 

Di antaranya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Satgas Pangan Polri, Holding BUMN Pangan ID FOOD Group, Perum Bulog, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), dan Peternak Layer Nasional (PLN).

Baca juga: Cabai hingga Telur Ayam Mahal, Ini Sebabnya Kata Ekonom

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, pertemuan tersebut bertujuan untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga DOC, telur ayam dan daging ayam ras dalam rangka medukung penguatan ekosistem pangan nasional.

Arief mengungkapkan, pertemuan tersebut membahas sejumlah solusi, di antaranya pengaturan harga acuan produsen dan pembeli (HAP) untuk membentuk keseimbangan baru, skema penyerapan melalui penguatan peran BUMN sebagai off taker, dan optimalisasi sarana/prasarana cold chain.

Baca juga: Stok Sempat Kosong Dua Hari, Harga Ayam di Balikpapan Melambung

Menurut Arief, harga yang tidak terkendali salah satunya disebabkan komitmen dalam penerapan HAP. Selain itu, HAP yang ada perlu di-review dan disesuaikan berdasarkan harga pokok produksi (HPP) di lapangan.

“Sebelumnya, kami telah menyepakati HAP jagung yang selanjutnya akan di tetapkan melalui Perbadan. Hal serupa akan kami lakukan untuk DOC, telur ayam, dan daging ayam. Upaya ini dalam rangka membentuk keseimbangan baru guna memperkuat ekosistem pangan nasional, karena stabilisasi harga terbentuk ketika ekosistemnya baik,” ujarnya dalam siaran resminya, Selasa (9/8/2022).

Baca juga: Pemerintah Bakal Bagikan 20.000 DOC Ayam Petelur ke Keluarga Miskin

Penguatan peran Bulog dan ID FOOD

Di sisi penyerapan, Arief meminta peran BUMN sebagai off taker hasil peternakan terus diperkuat. Peran ini akan dilakukan melalui dukungan pendanaan dengan menggandeng Bank BUMN atau Himbara.

“Penguatan peran Bulog dan Holding BUMN Pangan ID FOOD melalui PT Berdikari sangat penting. BUMN menjadi ujung tombak dalam melakukan penyerapan di daerah sentra produksi khususnya kepada peternak mikro/kecil. Harga penyerapan mengacu HAP produsen agar peternak memperoleh keuntungan yang wajar,” ujarnya.

Baca juga: Dilarang Dijual di Warung, Apa Itu Telur Infertil?

Arief mengatakan, penjualan atau penyaluran selanjutnya ditujukan ke wilayah defisit atau yang terindikasi memiliki harga yang tinggi. Pendistribusian berupa ayam ras/karkas atau telur konsumsi dilakukan melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), tol laut atau jasa logistik lainnya.

“Untuk monitoring, setiap perusahaan diminta melaporkan hasil penyerapan dan penyaluran kepada NFA,” ujarnya.

Aspek lainnya yang harus diamankan adalah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung.

Baca juga: Sebut Kenaikan Harga Telur Masih dalam Kendali, Mentan Jamin Pasokan Aman

Arief mengatakan, pihaknya akan memperkuat kolaborasi untuk mengoptimalisasi cold storage atau cold room milik NFA, BUMN, atau swasta yang tersebar di berbagai daerah. Upaya ini sangat penting guna memperpanjang waktu simpan telur dan daging ayam sehingga pengaturan stok bisa dilakukan lebih leluasa.

“Beberapa usulan tersebut, menjadi catatan penting yang selanjutnya akan dituangkan ke dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan),” tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com