Krisis hebat dialami Sri Lanka memunculkan analisis sejumlah pihak dengan mengatakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, di mana juga memiliki jumlah utang luar negeri tinggi, akan membuat RI mengalami krisis seperti di Sri Lanka.
Merujuk data Kementerian Keuangan Republik Indonesia hingga 31 Mei 2022, posisi utang mencapai Rp 7.002,24 triliun, dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto sebesar 38,88 persen.
Realisasi utang itu naik 9,1 persen dibandingkan realisasi posisi utang utang pada Mei 2021 sebesar Rp 6.418,5 triliun.
Inilah pangkal kemunculan dari analisis perbandingan kondisi Indonesia saat ini dengan krisis tengah dialami oleh Sri Lanka.
Sebagai sebuah analisa tentu saja itu sah untuk dilontarkan oleh siapa pun. Namun, apakah krisis Sri Lanka akan juga dialami oleh Indonesia karena semata-mata didasarkan pada kondisi nilai utang luar negeri Indonesia?
Harus dilihat bagaimana kondisi pertumbuhan ekonomi sebuah negara untuk menilai apakah negara tersebut akan gagal dalam utang luar negeri atau tidak.
Selama negara tersebut masih memiliki pertumbuhan ekonomi positif dan utang luar negeri terus diusahakan turun, besar kemungkinan negara itu akan mampu bertahan lolos dari jeratan utang dan ketidakpastian ekonomi di masa depan.
Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesiaa saat ini sebagaimana capaian pada kuartal II 2022 tersebut menegaskan tren tumbuh di atas lima persen secara beruntun selama tiga kuartal terakhir.
Sebelum ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 sebesar 5,1 persen. Tren positif ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah kembali pada jalur semula seperti sebelum dihantam pandemi COVID-19.
Lalu bagaimana utang luar negeri Indonesia? Merujuk data Kementerian Keuangan Republik Indonesia hingga 31 Mei 2022, utang Indonesia mencapai Rp 7.002,24 triliun, dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto sebesar 38,88 persen.
Realisasi utang itu naik 9,1 persen dibandingkan realisasi posisi utang pada Mei 2021 sebesar Rp 6.418,5 triliun.
Adapun bila dibandingkan dengan posisi utang pada April 2022, turun 0,54 persen dimana saat itu mencapai Rp 7.040,32 triliun.
Selain itu, harus dipahami juga posisi rasio utang terhadap produk domestik bruto 38,88 persen berada dalam kategori aman.
Kondisi itu sangat jauh apabila dibandingkan dengan Sri Lanka dimana rasio utang terhadap produk domestik bruto lebih dari 100 persen. Perbandingan itu bagaikan bumi dan dan langit.
Apabila dibedah lebih jauh sebagian besar utang Indonesia berupa surat berharga negara berdenominasi rupiah.