KOMPAS.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengingatkan adanya kemungkinan harga mi instan naik di pasaran sampai tiga kali lipat dalam waktu dekat. Penyebabnya adalah impor gandum dari Rusia dan Ukraina terganggu.
Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah mendorong negara-negara di dunia menghadapi ancaman krisis pangan, termasuk sulitnya mendapatkan gandum. Menurut Syahrul, ada 62 negara yang terganggu pasokan pangannya akibat ketegangan geopolitik dua negara itu.
Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu bilang, saat ini terdapat kurang lebih 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa keluar negara. Sementara Indonesia menjadi salah satu negara yang bergantung pada impor gandum.
"Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu, maafkan saya, saya bicara ekstrem saja ini," ujar SYL dikutip pada Rabu (10/8/2022).
Baca juga: Intip Gaji Jenderal Polisi dan Segudang Tunjangannya
Menurut dia, gandum memang masih tersedia. Namun harganya dipastikan sudah melonjak tinggi karena jadi rebutan banyak negara.
Karena kondisi sulit itu pula, SYL menyarankan masyarakat Indonesia mulai mengonsumsi sumber makanan lain pengganti gandum, terutama yang bisa diproduksi massal di Indonesia seperti singkong hingga sorgum.
"Ada gandumnya, tetapi harganya akan mahal bangat. Sementara kita impor terus ini, kalau saya jelas tidak setuju, apapun kita makan saja, seperti singkong, sorgum, sagu," ungkap SYL.
Perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan kendala konektivitas yang besar terhadap komoditas gandum dan juga pupuk.
Baca juga: Bedanya Kantor Pajak KPP Pratama, KPP Madya, dan KPP Wajib Pajak Besar
Selain masalah gandum, SYL juga mengatakan, efek dari konflik global tersebut membuat distribusi pupuk ke Indonesia tersendat. Sementara Indonesia juga tercatat menjadi importir pupuk dari Rusia maupun Ukraina.
Hal ini dinilai akan membuat harga pupuk menjadi mahal, sehingga pemerintah bakal mengurangi pupuk subsidi. Oleh sebab itu, ia juga meminta petani hingga akademisi untuk mau memanfaatkan pupuk organik.
"Kalau tunggu pupuk subsidi pasti tidak bisa itu, kita adaptasi dengan cara kita, banyak orang yang sukses tanpa menggunakan pupuk subsidi," kata SYL.
"Semua kearifan lokal misalnya air dicampur terasi terasi dicampur doa ternyata hasilnya bagus. Jangan tunggu pupuk turun yang ada di dunia adalah krisis pupuk," kata dia lagi.
Baca juga: Mengenal Perbedaan CEO, COO, CFO, CTO, dan CMO di Perusahaan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri berkali-kali menegaskan rencananya agar Indonesia bisa mengurangi impor gandum maupun jagung. Gandum bisa digantikan dengan komoditas tanaman yang bisa dibudidayakan di Tanah Air.
"Saya perintahkan kepada gubernur dan bupati untuk betul-betul memastikan berapa luasan lahan yang bisa dipakai untuk menanam sorgum sehingga kita tidak bergantung kepada gandum, tidak bergantung pada jagung dari impor," kata Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers melalui video yang diunggah akun YouTube Sekretariat Presiden seperti dikutip dari Antara.
Jokowi menjelaskan lahan di Kabupaten Sumba pernah ditanami jagung, namun kurang produktif. Oleh sebab itu lahan dialihkan pada tanaman biji-bijian sorgum.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.