Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Lokal Ini Ekspor 17 Ton Pupuk ke Nigeria

Kompas.com - 12/08/2022, 12:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bursatani Global Niaga sebagai produsen pupuk bersama PT Saputra Global Harvest sebagai perusahaan yang bertanggungjawab untuk urusan ekspor, kembali merealisasikan ekspor pupuk batu bara ke Nigeria.

Adapun total pupuk yang dieskpor sebanyak 17 ton.

Pemilik Paten Pupuk Batubara Saputra mengatakan, Nigeria adalah negara ketiga yang menjadi tujuan ekspor pupuk batu bara, setelah Amerika Serikat dan Zimbabwe.

"Berbeda dengan produk umumnya, sebelum melakukan impor, hampir setiap negara terlebih dahulu melakukan pengujian keandalan pupuk batubara ini dan pada awal tahun lalu Nigeria sudah mulai melakukannya di Provinsi Jigawa," ujar Saputra dalam siaran resminya, Jumat (12/8/2022).

Baca juga: Kejar Produktivitas, Kementan Upayakan Distribusi Pupuk Bersubsidi Tepat Sasaran

Saputra mengatakan, realisasi ekspor ini merupakan hasil kerja yang didorong Duta Besar Republik Indonesia untuk Nigeria, Minister Counsellor, Pelaksana Fungsi Ekonomi Kedubes RI di Nigeria dan Team ITPC Lagos Nigeria.

Saputra mengklaim, pemerintah Nigeria memandang pupuk batu bara sebagai produk yang sangat penting. "Mereka berhasrat untuk segera membuat pabriknya di sana," kata Saputra.

Oleh sebab, lanjut dia, pengujian produk sekaligus studi kelayakan pembangunan pabrik langsung dilakukan oleh lembaga resmi pemerintah, yaitu National Agency for Science and Engineering Infrastructure (NASENI).

Baca juga: Permentan 10/2022 Atur Pupuk Subsidi untuk 9 Komoditas, Dosen Unsri: Saatnya Pupuk Organik Jadi Prioritas

Sebagai bentuk keseriusan, rencananya delegasi NASENI akan melakukan penandatangan kerjasama dengan pihak Saputra pada akhir bulan ini di Jakarta. Kerjasama yang dilakukan meliputi pengembangan dan diseminasi aplikasi, serta transfer teknologi produksi pupuk batubara di Nigeria.

"Ekspor dalam bentuk jadi dari Indonesia bersifat sementara. Tujuan akhirnya adalah transfer teknologi, sehingga akan tercipta efisiensi, dan setiap negara dapat memproduksi sendiri pupuk batubara sesuai kebutuhannya," ujar Saputra.

Baca juga: Mentan SYL: Jangan Ada Main-main dalam Mengelola Pupuk Subsidi

Saputra menambahkan, berdasarkan hasil kunjungannya ke beberapa negara Afrika, Saputra menyimpulkan bahwa rawan pangan yang banyak terjadi sebenarnya bukan karena lahan tidak subur atau curah hujan yang kurang. Namun umumnya karena mereka tidak memiliki kecukupan pupuk.

"Mereka tidak mampu membangun Industri pupuk yang sangat mahal.

Untuk itulah transfer teknologi sebagai jalan keluar bagi semua. Sehingga diharapkan negara-negara Afrika nantinya mengalami kecukupan pangan karena mereka telah mampu melakukan kemandirian produksi pupuk," pungkasnya.

Baca juga: 9 Komoditas Pangan Dapat Prioritas Subsidi Pupuk, Ini Penjelasan Kementan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com