Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tanaman Sorgum, Pengganti Gandum asal Afrika Idaman Jokowi

Kompas.com - 14/08/2022, 16:39 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Di benua Afrika, Nigeria dan Sudan merupakan negara penanam sorgum terluas. Pada tahun 2012, masing-masing negara menanam sorgum seluas 5,5 juta ha dan 4,1 juta ha.

Baca juga: Jadwal KRL Solo Jogja Terbaru 2022 Lengkap Semua Stasiun

Di benua Asia, penanam sorgum terluas kedua setelah India adalah China yang pada tahun 1990 luas mencapai 1,5 juta ha, tetapi menurun menjadi 0,5 juta ha pada tahun 2012.

Di benua Amerika, negara penanam sorgum terbesar adalah Meksiko dan Argentina. Pada tahun 1990 luas panen sorgum di masing-masing negar 1,8 juta ha dan 0,7 juta ha, dan pada tahun 2012 tetap stabil, Meksiko 1,8 juta ha, dan Argentina meningkat menjadi 1,2 juta ha.

Tanaman sorgum d Amerika Serikat meningkat 121 persen dalam 10 tahun terakhir, yaitu 0,38 juta ha pada tahun 1990, menjadi 0,84 juta ha pada tahun 2012.

Tanaman sorgum di Australia merupakan tanaman minor walaupun skala usaha per petani cukup luas, karena luasnya pemilikan lahan.

Total luas panen tanaman sorgum di Australia pada tahun tahun 1990 adalah 0,38 juta ha dan meningkat menjadi 0,65 juta ha pada tahun 2012.

Baca juga: Mengenal Eigendom, Bukti Kepemilikan Tanah Warisan Belanda

Perancis, Itali, dan Rusia merupakan negara Eropa penanam sorgum, meski luas arealnya relatif kecil. Pada tahun 1990 luas areal panen sorgum adalah 0,07 juta ha di Perancis, 0,02 juta ha di Italia, dan 0,03 juta ha di Rusia.

Pada tahun 2012, luas panen sorgum di Perancis turun menjadi 0,04 juta ha, di Italia 0,03 juta ha, dan Rusia 0,04 juta ha.

Di Indonesia, luas panen tanaman sorgum pada tahun 1990-2010 hanya sekitar 25.000 ha dan tersebar, sehingga tidak masuk dalam daftar statistik FAO.

Tanaman sorgum di Indonesia terdesak oleh komoditas yang bernilai ekonomi lebih tinggi, seperti jagung, kacang hijau, padi gogo, atau ubi kayu.

Pada tahun 1950-1965 areal tanaman sorgum cukup luas, biasa ditanam di lahan kering (tegalan) pada musim hujan, pada pematang, atau tumpangsari dengan padi gogo atau kedelai.

Pada lahan sawah, sorgum ditanam pada musim kemarau, bulan Juli-Oktober, pada waktu tanaman semusim lainnya kurang toleran terhadap cekaman kekeringan.

Baca juga: 7 Kota di Indonesia yang Dibangun Penjajah Belanda dari Nol

Sebelum tahun 1970an, biji tanaman sorgum digunakan untuk bahan pangan sebagai substitusi beras. Namun setelah persedian beras memadai dengan harga yang relatif murah, petani di Jawa tidak lagi tertarik menanam sorgum.

Sejak tahun 1990an pasar sorgum dapat dikatakan tidak ada. Industri pakan ternak (feed mill) yang mulai tumbuh sejak 1980an nampaknya kurang berminat membeli biji sorgum dalam negeri yang ketersediaannya tersebar dan di setiap lokasi jumlahnya sedikit.

Nampaknya ketiadaan pasar ini telah berfungsi menjadi “pemusnah” tanaman sorgumdari lahan petani. Di negara-negara yang masyarakatnya menggunakan sorgum untuk bahan pangan, sorgum masih tetap menjadi tanaman utama, seperti halnya negara-negara di Afrika.

Hampir seluruh negara-negara tropis Afrika menggunakan sorgum sebagai bahan pangan, dan merupakan tanaman penting yang luas panennya relatif stabil dari tahun 1990 hingga 2012.

Baca juga: Sejarah Gedung Sarinah, Dibangun Soekarno dari Pampasan Perang Jepang

Perubahan luas panen di Erithrea dan Ethyopia lebih disebabkan oleh perubahan geo-politik dalam pembagian wilayah negara, namun petani pelaku penanamnya tetap sama.

Di Sudan, Nigeria, Tanzania, Uganda, Mozambique, Chad, dan Kamerun, luas areal tanaman sorgum meningkat nyata dari tahun 1990 ke tahun 2012, terkait dengan kebutuhan pangan penduduk yang terus meningkat.

Sorgum adalah tanaman pengganti gandum yang impornya masih sangat besar di Indonesia. Jadi sudah tahu apa itu sorgum?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com