Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tanaman Sorgum, Pengganti Gandum asal Afrika Idaman Jokowi

Kompas.com - 14/08/2022, 16:39 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah tengah gencar mengembangkan sorgum sebagai bahan pangan nasional. Sejatinya, sorgum adalah tanaman yang berasal dari Afrika Timur. Apa itu sorgum dan mengapa perlu ditanam massal di Indonesia?

Bisa dikatakan, sorgum adalah tanaman yang sejauh ini paling layak untuk menggantikan gandum yang hingga kini belum bisa dibudidayakan secara massal di Indonesia. Sebaliknya, sorgum adalah bijian-bijian yang bisa dengan mudah tumbuh di negara tropis.

Pada tahap awal, Kementerian Pertanian mulai mengembangkan 15 ribu hektare tanaman sorgum. Pada 2023, pengembangan tanaman sorgum akan terus diperluas dari 40 ribu hektare menjadi 50 ribu hektare.

Mengenal tanaman sorgum

Dikutip dari Buku Sorgum, Inovasi Teknologi dan Pengembangan yang diterbitkan Kementerian Pertanian, sorgum adalah tanaman tahan banting.

Baca juga: Gandum Mahal, Indofood Kembangkan Mi Instan Berbahan Sorgum

Sebabnya, sorgum bisa dibudidayakan dengan sangat baik di lahan kering sekalipun, sebagaimana dari daerah asalnya, Afrika. Di mana sorgum banyak ditanam di tanah gersang.

Karena itu pula, sorgum masih bisa ditanam maupun dipanen saat musim kemarau. Sebaliknya, padi yang selama ini jadi makanan pokok Indonesia, budidaya sebagian besar varietasnya membutuhkan air yang sangat banyak.

Sorgum cocok ditanam di daerah yang kering seperti NTT dan NTB. Tanaman sorgum juga bisa melengkapi padi di beberapa daerah Pulau Jawa yang sebagian wilayanya minim sumber air seperti Kabupaten Wonigiri, Bojonegoro, Grobogan, hingga Tuban.

Tanaman sorgum mampu tumbuh sampai setinggi enam meter. Untuk fisiologisnya sendiri, sorgum berbentuk seperti lapisan lilin dengan sistem perakaran yang meluas, dan akarnya serabut.

Baca juga: Sorgum, Komoditas Pengganti Gandum Impor yang Diidamkan Jokowi

Kelebihan lainnya, tanaman sorgum tidak membutuhkan masukan tinggi, alias tidak perlu banyak pemberian pupuk sebagaimana pada padi. Kelebihan lain dari sorgum adalah tanaman ini lebih sedikit terserang hama maupun penyakit.

Tanaman sorgum adalah masih sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum, dan bahkan tanaman lain seperti bambu
dan tebu.

Sejauh ini, ada 32 spesies tanaman sorgum. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan).

Di negara-negara berkembang, tanaman sorgum dibudidayakan terutama sebagai bahan pangan dan minuman beralkohol atau bahan upacara adat.

Baca juga: Bedanya Kantor Pajak KPP Pratama, KPP Madya, dan KPP Wajib Pajak Besar

Minuman beralkohol yang dibuat dari biji sorgum adalah dapat berupa bir berasal dari biji yang difermentasi setelah dikecambahkan. Sementara Di negara-negara maju, batang atau biji sorgum digunakan sebagai pakan, media jamur merang.

Khusus sorgum manis, batangnya digunakan sebagai bahan untuk gula dan kertas. Tanaman sorgum termasuk tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi tinggi, meliputi karbohidrat, lemak, kalsium, besi, dan fosfor.

Apa itu sorgum, sorgum adalah tamanan yang bisa tahan banting di lahan kering, tanaman sorgum asalnya dari Benua Afrika.Dicky Senda Apa itu sorgum, sorgum adalah tamanan yang bisa tahan banting di lahan kering, tanaman sorgum asalnya dari Benua Afrika.

Sorgum adalah pangan pokok di banyak negara

Negara penanam sorgum memiliki luas panen hingga jutaan hektare (ha) yakni India. Misalnya pada tahun 1990 menanam sorgum seluas 14,36 juta ha, namun pada tahun 2012 menurun menjadi 7,38 juta ha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com