Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Zulhas Usulkan Subsidi BBM Diberikan untuk Warga Miskin

Kompas.com - 15/08/2022, 19:00 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, apabila harga bahan bakar minyak (BBM) tidak dinaikkan, maka beban kas negara akan semakin besar. Tahun ini saja, pemerintah telah menggelontorkan Rp 502 triliun untuk menyokong subsidi BBM.

Tahun depan, kata Zulhas, kalau tidak ada kenaikan harga BBM, subsidinya bisa mencapai Rp 600 triliun atau 30 persen dari pajak yang kita bayarkan. Zulhas pun mengusulkan agar subsidi BBM langsung disalurkan untuk rakyat.

Ini diyakini dirinya sebagai solusi ampuh atas bengkaknya subsidi energi 2022 yang tembus Rp 500 triliun.

Baca juga: Harga BBM Bakal Naik, Pemerintah Siapkan Bansos

 

"Subsidi (BBM) langsung diberikan pada warga kita yang miskin," ucapnya ditemui di Jakarta, Senin (15/8/2022).

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini pun bilang telah menawarkan dua solusi, yaitu subsidi energi beralih dari berbasis komoditas menjadi subsidi langsung. Kedua, mempercepat transformasi energi bersih.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 26 juta orang yang diperkirakan memiliki kebutuhan konsumsi untuk dua motor dan mengkonsumsi 2x3 kilogram elpiji per bulan. Sementara listrik, mereka membutuhkan hingga 900 watt.

Menurut dia, dengan subsidi BBM dan elpiji warga tak mampu sebesar Rp 500.000 per orang per bulan, pemerintah hanya akan menanggung Rp 15 triliun per bulan.

"Angka ini sekitar Rp180 triliun per tahun," sebut Zulhas.

Baca juga: Kuota BBM Subsidi Menipis, Pertamina Bakal Batasi Pembelian?

Pada saat yang sama, pemerintah masih dapat menghemat uang yang dibakar untuk subsidi BBM saat ini demi mempercepat transformasi energi bersih.

Transformasi energi bersih ini bakal menggunakan banyak bahan yang berasal dari dalam negeri. Dengan demikian, ini sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di Tanah Air.

Akan tetapi, sambung Zulhas, saat ini terjadi kesenjangan antara konsumsi dan kemampuan nasional menyiapkan ketersediaan energi.

"Kebutuhan BBM kita per hari 1,6 juta barel, sementara produksi hanya 0,6 juta barel. Artinya kita impor minyak mentah dan BBM per hari 1 juta barel," ujarnya.

Begitu juga dengan elpiji, di mana per tahun kebutuhannya mencapai sekitar 8 juta ton. Dari besaran ini, hanya dipenuhi oleh produksi domestik kurang dari 1 juta ton. "Karena itu, hingga tak kurang dari 7 juta kita harus impor,' ucap Zulhas.

Bahkan Zulhas mengungkapkan, semua impor energi, terutama minyak dan elpiji sangat menguras devisa.

"Beban subsidi energi ini memberatkan kita semua. Bapak Presiden sudah lima kali bicara dengan sangat prihatin," pungkasnya.

Baca juga: Bahlil Sebut Siap-Siap Jika Harga BBM Naik, Ini Kata Sri Mulyani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com