Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Neneng, Pilih "Resign" lalu Buka Toko Kelontong, Ternyata Tak Semudah yang Dibayangkan...

Kompas.com - 17/08/2022, 13:45 WIB
Ade Miranti Karunia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fokus, konsisten, dan komitmen, inilah tiga prinsip yang menjadi pegangan Neneng dalam menjalankan bisnis toko kelontongnya di Cilegon, Banten. Neneng merupakan pemilik Toko SRC Kurnia.

Dia tergabung dalam komunitas toko kelontong Sampoerna Retail Community (SRC) yang merupakan program pembinaan UMKM oleh PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Perjalanan panjang dilalui Neneng hingga akhirnya memilih untuk fokus pada bisnis yang ditekuninya saat ini.

Neneng mengisahkan, sebelum memutuskan membantu orangtuanya mengurus toko kelontong medio 2007-2008, awalnya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta. Saat itu, Neneng merasa menjalankan bisnis toko kelontong ternyata tak semudah yang dibayangkannya.

Baca juga: Mudah, Ini Cara Mendapatkan Uang Baru Emisi 2022 via Online

Dia hanya bertahan dua tahun, dan akhirnya memutuskan kembali bekerja. Setelah dua tahun berjalan, sekitar tahun 2010, Neneng kembali berhenti bekerja dan fokus kembali mengurus bisnis toko kelontongnya.

"Buka toko itu tidak semudah yang dibayangkan. Mungkin awalnya kita mikir, tinggal belanja, kemudian dijual. Ternyata tidak, butuh ilmu dan berkomunitas. Ya gabung dengan komunitas yang sama dengan usaha kita," kata Neneng dikutip melalui siaran pers Sampoerna, Rabu (17/8/2022).

Baca juga: Kisah Seller Laris Manis Jualan dengan Memanfaatkan Fitur dan Program Shopee

Pentingnya berkomunitas

Setelah menyadari pentingnya berkomunitas, Neneng memutuskan bergabung dengan SRC pada 2018. Di SRC, kata dia, sesama anggota saling menguatkan saat jatuh karena pasang surut usaha. Selain itu, saling berbagi inspirasi.

"Di SRC, kami sering kali saling berkunjung, silaturahim bisnis, melihat yang sudah lebih berkembang dan berhasil. Ibaratnya, saling belajar bagaimana mengembangkan toko. Kita berdagang itu harus punya contoh, dan itu bisa didapat dari belajar bersama di komunitas," ungkapnya.

Neneng mengungkapkan, awalnya dia memang tak terpikir bergabung di sebuah komunitas usaha karena saat itu belum terlalu fokus dengan bisnisnya. Kemudian, ada ajakan bergabung dengan SRC. Neneng menerima ajakan tersebut, dan tak punya bayangan apa manfaat yang akan didapatkan bagi tokonya. Setelah setahun bergabung, ia menghadiri sebuah undangan gathering, dan merasakan kegembiraan bertemu dengan pelaku-pelaku bisnis toko kelontong.

Baca juga: HM Sampoerna Investasi Rp 2,4 Triliun Bangun Fasilitas Produksi Tembakau di Karawang

Selain itu, lanjut Neneng, awalnya ia tertarik dengan berbagai reward yang ditawarkan bagi toko yang menunjukkan perkembangan positif. Tanpa disadari, reward-reward yang dijanjikan itu justru memacu dirinya untuk membuat tokonya menjadi lebih baik.

"Jadi, dulu itu saya memang hanya mengejar reward, dijanjikan poin kalau mau ikut pesta wirausaha nasional, tokonya harus lebih terang supaya dapat poin. Terus, harus bikin ini, itu. Kemudian, saya sadar, sebenarnya ini adalah cara untuk menggiring anggota SRC agar lebih semangat untuk maju. Manfaatnya ya ke toko dan pemasukan kita juga, karena tokonya jadi lebih baik perkembangannya," tuturnya.

Baca juga: Gara-gara Cukai Rokok Naik, Laba Bersih HM Sampoerna Turun 15,4 Persen di Semester I 2021

Terapkan konsep terbuka

Berbagai perubahan dilakukan Neneng terhadap Toko SRC Kurnia. Dari awalnya etalase tradisional, kini menerapkan konsep terbuka dengan rak-rak dengan penataan yang rapi. Hal ini membuat pelanggan memiliki kesempatan untuk memilih berbagai kebutuhannya. Menurutnya, dengan penataan rak terbuka justru membuat konsumen yang awalnya hanya ingin membeli satu atau dua barang menjadi berbelanja lebih banyak.

Kini, selain toko kelontong yang menjual berbagai kebutuhan, Neneng juga melakukan diversifikasi usaha dengan melihat peluang lokasinya yang berada di jalur strategis. Lokasi Toko SRC Kurnia dekat dengan berbagai perusahaan besar dan sejumlah sekolah. Akhirnya, dia memutuskan menjual berbagai kebutuhan alat tulis kantor dan jasa fotokopi. Ternyata, cukup menjanjikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com