KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengaku geram dengan sejumlah pihak yang dinilai anti-pemerintah namun menyebarkan kabar-kabar negatif yang tidak disertai bukti yang kuat.
Luhut lalu menyinggung soal iklim investasi maupun kondisi ekonomi secara umum yang dituding tidak sedang dalam kondisi yang baik. Kata Luhut, para pengkritik itu menyodorkan data-data yang tidak akurat.
"Jadi kalau ada orang Indonesia yang mengatakan negerinya jelek, saya kadang mikir, ini orang bodoh atau pintar. Kita belajar data," ucap Luhut dikutip dari Antara, Sabtu (20/8/2022).
Menurut mantan Menko Polhukam ini, sebaiknya pihak yang begitu anti dengan pemerintah membeberkan data yang akurat untuk mendukung argumennya. Bukan malah berkoar-koar ke publik tanpa dasar.
Baca juga: Luhut Mau Menagih Langsung ke Elon Musk: Hey, Mau Kau Gimana?
"Kalau tidak suka sama sesuatu, silakan, itu hakmu. Tapi jangan kau bohongi rakyatmu dengan cerita angka yang tidak benar. Angka tidak bisa bohong," ujar Luhut.
Menepis para pengkritik pemerintah namun menyebarkan isu negatif tersebut, Luhut lalu membeberkan data-data terkait aliran investasi yang masuk ke Indonesia.
Luhut mengemukakan dalam angka, Indonesia berada di posisi prima, dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022 sebesar 5,44 persen yoy, inflasi pada Juli 2022 sebesar 4,94 persen yoy serta kinerja ekspor yang gemilang dan terus tumbuh dalam 27 bulan terakhir.
Ia bilang, ekspor Indonesia turut ditopang dengan berkembangnya industri hilirisasi, di mana hal itu tak bisa dilepaskan dari kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini.
Baca juga: Bedanya Kantor Pajak KPP Pratama, KPP Madya, dan KPP Wajib Pajak Besar
"Dulu kita ekspor nikel ore pada 2015 itu hanya 1,1 miliar dolar AS, tahun lalu ekspor iron steel, turunan nikel ore itu sudah 21 miliar dolar AS. Tahun ini akan 31 miliar dolar AS karena sudah datang (produksi) lagi prekursor, katode dan litium baterai," katanya.
Kinerja ekspor nasional tersebut, diperkirakan akan terus meningkat hingga 2024 mencapai hingga 300 miliar dolar AS.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.