Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Subsidi Akan Naik, Organda: Berdampak pada Tarif Angkutan Umum

Kompas.com - 22/08/2022, 18:45 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono mengatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi akan berdampak pada naiknya tarif angkutan darat sehingga akan ikut memengaruhi daya beli masyarakat.

Ia mengatakan, hal tersebut juga akan berdampak pada tingginya inflasi.

"Saya pikir kalau ada kenaikan (tarif angkutan akibat naiknya harga BBM subsidi) itu tidak hanya berpengaruh ke (daya beli) penumpang, tapi juga biaya total transportasi, seperti yang sudah-sudah kalau (biaya) transportasi naik maka yang lainnya juga naik, inflasi tentu jadi tinggi," kata Ateng saat dihubungi, Senin (22/8/2022).

Baca juga: Konsumsi BBM Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi, Pertamina: Stok Pertalite dan Solar Aman

Ateng menilai wajar kenaikan harga BBM subsidi nantinya diikuti dengan naiknya tarif angkutan.

Namun, kata dia, pihaknya akan mempertimbangkan daya beli seluruh pengguna baik penumpang dan barang.

"Kita mempertimbangkan daya beli di seluruh penggunaan apakah itu orang maupun logistik," ujarnya.

Lebih lanjut, Ateng meminta agar pemerintah memprioritaskan penyaluran BBM subsidi untuk angkutan umum seperti bus antarkota dan antarprovinsi.

Ia menekankan, pasokan BBM subsidi ini paling penting khususnya di luar Pulau Jawa.

"Karena sekarang yang terjadi agak susah (Pasokan BBM subsidi) sehingga teman-teman ketika mereka harus melakukan pengisian itu bukan perkara satu jam, dua jam tapi nunggunya bisa 1-2 hari," ucap dia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemungkinan akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi Pertalite dan Solar pada pekan depan.

Baca juga: Luhut Bilang, Jokowi Mungkin Umumkan Kenaikan BBM Minggu Depan

Luhut mengungkapkan, harga BBM subsidi yang saat ini sudah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp 502 triliun.

"Nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa bagaimana mengenai kenaikan harga ini (BBM subsidi). Jadi Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian karena kita harga BBM termurah di kawasan ini. Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita," katanya dalam Kuliah Umum Universitas Hasanuddin, Jumat (19/8/2022).

Soal dampak kenaikan harga BBM subsidi ke inflasi, Luhut mengatakan, hal itu akan tergantung dari besaran harga kenaikan harga Pertalite dan Solar.

Luhut mengatakan, kebijakan kenaikan harga BBM merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengurangi beban APBN. Selain itu, pemerintah juga mengaku sudah melakukan upaya peralihan ke kendaraan listrik, penggunaan biofuel.

"Jadi tadi mengurangi pressure ke kita karena harga crude oil naik yang sekarang kebetulan agak turun itu kita harus siap-siap karena subsidi kita kemarin Rp 502 triliun. Kami berharap bisa tekan ke bawah tadi dengan pengurangan mobil, motor ganti dengan listrik, kemudian B40, menaikkan harga Pertalite yang tadi kita subsidi cukup banyak dengan juga tadi Solar," jelasnya.

Baca juga: Selain Menaikkan Harga BBM Subsidi, Pemerintah Juga Percepat Penggunaan B40 dan Kendaraan Listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com