Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hari Purnama
Analis Industri Kementerian Perindustrian

Analis Industri Kementerian Perindustrian

Merdeka Ekonomi, Industri Pengolahan Harus Jadi Tumpuan

Kompas.com - 23/08/2022, 12:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDUSTRI pengolahan adalah proses yang mengubah barang mentah atau barang setengah jadi menjadi barang konsumsi atau barang setengah jadi yang memiliki value added (nilai tambah). Industri pengolahan memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi sebuah negara.

Kontribusi sektor pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selalu tertinggi.  Pada tahun 2020-2021, kontribusi rata-rata sekitar 19 persen terhadap PDB nasional.

Terakhir, pada triwulan dua tahun 2022, sektor industri pengelolaan masih mampu memberikan sumbangsih sebesar 17.8 persen di tengah ketidakpastian ekonomi global. Namun besaran kontribusi tersebut masih belum cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kategori PDB per kapita setara negara maju.

Baca juga: Sepanjang 2021, Ekspor RI Tembus Rp 3.311 Triliun, Capaian Tertinggi dari Industri Pengolahan

Kontribusi industri pengolahan saat ini masih di bawah target nasional. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, pada tahun 2020 targetnya sebesar 24,9 persen dengan pertumbuhan sektor sebesar 8.5 persen.

Sektor industri pengolahan harus terus bekerja keras lagi untuk mencapai target final pada tahun 2035 saat kontribusi sektor industri pada PDB nasional harus sebesar 30 persen dengan pertumbuhan sektor sebesar 10 persen.

Peran penting industri pengolahan

Kontribusi industri pengolahan di atas 25 persen sangat berperan penting dalam transformasi ekonomi suatu negara. Sejarah telah membuktikan betapa pentingnya peranan sektor ini.

Pada abad 18, revolusi industri pertama dimulai dengan ditemukannya mesin uap dan mekanisasi, hal ini menumbuhkan sektor industri di Inggris terutama pada sektor manufaktur tekstil.

Dua abad selanjutnya, setelah ditemukannya arus listrik dan komputer, kekuatan industri baru muncul yaitu Jerman, Amerika Serikat, dan Jepang. Pada abad awal 21, muncul kekuatan industri baru dari Asia yaitu Korea Selatan dan Republik Tiongkok yang dikenal dunia sebagai pabrik dunia.

Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,44 Persen, KSP: Didorong Industri Pengolahan

Negara-negara tersebut sekarang menikmati kemakmuran hasil dari kerja keras di sektor pengolahan.

Berdasarkan data PDB per kapita, kekuatan industri sangat berkorelasi dengan kemajuan ekonomi suatu negara, rata-rata negara yang memiliki industri yang tangguh memiliki PDB per kapita di atas 30 ribu dolar AS.

Kapal MV Pan Begonia bermuatan 45 ribu ton biji nikel senilai Rp 13,7 miliar hasil tambang di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara berhasil diamankan pada Februari 2020 lalu.KOMPAS.com/HADI MAULANA Kapal MV Pan Begonia bermuatan 45 ribu ton biji nikel senilai Rp 13,7 miliar hasil tambang di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara berhasil diamankan pada Februari 2020 lalu.
Bergantung pada komoditas dan rantai pasokan yang buruk

Indonesia perlu meningkatkan kemampuan dalam industi pengolahannya untuk menjadi negara dengan pendapatan tinggi. Saat ini, Indonesia masih bergantung pada ekonomi yang berbasis komoditas, yang hanya menjual bahan mentah yang memiliki nilai manfaat dan ekonomi yang rendah.

Indonesia adalah pengeksor utama barang mineral seperti tembaga dan nikel. Indonesia juga pengekspor bahan mentah hasil perkebunan langsung seperti karet, CPO, dan kakao. Tingkat volatilitas harga komoditas sangat tinggi sehingga tidak bisa dijadikan pijakan untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Baca juga: Sri Mulyani Waspadai Penurunan Harga Komoditas di 2023

Dalam buku Ekonomi Indonesia Dalam Lintasan Sejarah karya Prof Boediono, Indonesia sebelumnya memang pernah mendapatkan keuntungan dari harga komoditas yang tinggi,  seperti di era 1970-an ketika terjadi ledakan harga minyak mentah. Selanjutnya, era 2005-2014 indonesia juga pernah mengalami hal yang sama dengan komoditas yang berbeda.

Komoditas memang memberikan dampak terhadap ekonomi tetapi belum bisa menjadi pijakan untuk melakukan transformasi ekonomi secara signifikan.

Permasalahan lainnya yang dihadapi industri pengolahan dalam negeri adalah pendalaman stuktur industri. Rantai pasok antar industri di Indonesia tidak terhubung dengan baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com