Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat Budidaya Udang dengan Konsep Hulu ke Hilir

Kompas.com - 24/08/2022, 11:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengajak pembudidaya hingga pelaku usaha udang di Indonesia untuk bahu membahu bersama pemerintah menerapkan konsep hulu ke hilir pada kegiatan budidaya udang di Indonesia. 

Udang merupakan komoditas perikanan yang sangat diminati oleh pasar dunia, permintaan pasar udang global berada di nomor dua setelah salmon.

Indonesia sendiri selama kurun waktu 2015 sampai 2020 berkontribusi terhadap pemenuhan pasar udang dunia rata-rata sebesar 6,9 persen.

“Strategi pengembangan budidaya udang harus menggunakan konsep pengembangan budidaya udang yang memenuhi konsep pendekatan hulu-hilir yang baik dalam satu kawasan industri atau kawasan ekonomi,” ungkap dia dalam siaran pers, dikutip Rabu (24/8/2022).

Baca juga: Gaya Hidup Mewahnya Disorot, Berapa Gaji Brigjen Hendra Kurniawan?

Ia menjelaskan, konsep pendekatan hulu-hilir meliputi hatchery, pabrik pakan, on-farm budidaya udang, pengolahan hasil budidaya, proses pengemasan, pabrik es, hingga pabrik kemasan berada dalam satu kawasan.

Dengan demikian, kegiatan ekonomi yang dihasilkan lebih besar dan memberikan peluang usaha yang lebih beragam lagi kepada masyarakat.

“Kerja sama dengan pemerintah daerah harus dilakukan, mulai dari penentuan lokasi shrimp estate, pakan, hatchery dan obat-obatan, sebab udang kalau dibudidayakan dengan baik maka hasilnya akan luar biasa,” kata dia.

Pengembangan budidaya udang menggunakan konsep hulu hilir ini menurutnya dapat memacu peningkatan produksi udang nasional, di mana pemerintah telah menargetkan produksi udang sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024. 

Baca juga: Naik Rp 4.000 Per Gram, Cek Harga Emas Antam Hari Ini


Selain itu, budidaya udang dapat berkontribusi lebih besar lagi pada pertumbuhan ekonomi nasional maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudidaya. Sepanjang tahun 2021, nilai ekspor udang Indonesia mencapai 2,2 miliar dollar AS, tertinggi di antara komoditas perikanan lainnya. 

Sementara itu, dalam upaya meningkatkan produksi udang nasional, KKP memiliki tiga strategi yang diawali dengan melakukan evaluasi tambak udang existing, merevitalisasi tambak udang tradisional menjadi semi intensif atau intensif dengan produktivitas semula 0,6 ton per Ha per tahun menjadi 2 ton per Ha, serta membangun tambak udang modeling skala industri di beberapa titik Indonesia sesuai konsep pendekatan hulu dan hilir.

Sementara, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Tebe Haeru menambahkan, pentingnya menjaga keberlanjutan dalam menjalankan kegiatan budidaya udang di Indonesia. 

“Udang ini merupakan sumber daya alam yang dapat dinikmati oleh kita saat ini dan generasi yang akan datang, untuk itu tetap perhatikan keberlanjutannya,” tandas dia.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Dunia Naik Lagi, Ini Sebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com