JAKARTA, KOMPAS.com - Check Point® Software Technologies Ltd salah satu penyedia solusi keamanan siber global, mengungkapkan bahwa sektor keuangan dan perbankan di Indonesia merupakan industri yang menempati peringkat kedua terbanyak mengalami serangan siber di Indonesia.
Check Point® Software Technologies mencatatkan secara rata-rata, lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, diserang sebanyak 2.730 kali per minggu dalam 6 bulan terakhir.
Sementara secara global, lembaga keuangan dan perbankan menempati urutan ke-6 dalam industri yang paling banyak mengalami serangan siber.
Baca juga: BCA Siapkan Rp 500 Miliar untuk Perkuat Keamanan Siber
“Tingginya tingkat serangan siber di Indonesia dibandingkan dengan statistik global menunjukkan para penyerang keamanan siber lebih sukses melakukan serangan siber di negara ini. Ketika penyerang menemukan cara untuk mengelabui pengguna atau mengkompromikan sistem, mereka akan memperluas operasi mereka dengan cepat untuk memanfaatkan kerentanan sebelum industri tersebut dapat bereaksi,” ujar Country Manager Indonesia, Check Point Software Technologies Deon Oswari dalam siaran persnya, Rabu (24/8/2022).
Untuk kasus di Indonesia, lanjut dia, Check Point Research melihat adanya peningkatan serangan siber pada platform dan aplikasi mobile banking. Oleh karena itu, menurut dia, sangat penting bagi industri perbankan untuk waspada dan meninjau ulang sistem keamanan siber mereka.
Baru di awal tahun ini, Bank Sentral Indonesia mengumumkan bahwa jaringan mereka terkena serangan ransomware. Pelaku ancaman mencuri data non-kritis mengenai karyawan bank sebelum mengenkripsi sistem.
Kelompok hacker terkenal, Conti Ransomware telah mengklaim serangan tersebut setelah membocorkan sebagian dari file yang diduga telah dicuri.
Baca juga: Strategi BNI Lindungi Nasabah dari Modus Penipuan Siber yang Semakin Beragam
Agar ransomware bekerja, penjahat siber pertama-tama harus mendapatkan akses ke sistem target, mengenkripsi file, dan kemudian meminta tebusan dari korban. Salah satu cara untuk menyusup ke sistem adalah melalui email phishing, salah satu mekanisme pengiriman paling umum untuk ransomware.
Faktanya, Check Point Research menemukan bahwa 92 persen file berbahaya di Indonesia dikirim melalui email dalam 30 hari terakhir. Yang diperlukan sipenjahat siber dalam menyerang, hanyalah satu karyawan yang kurang memiliki informasi mengklik tautan di email berbahaya tersebut, dan hal itu dapat menjadikan seluruh asset digital perusahaan tersandera.
“Dalam iklim ransomware saat ini, serangan rantai pasokan dan perjuangan terus-menerus melawan malware baru yang terus berevolusi, threat intelligence dan kemampuan merespons secara cepat menjadi hal yang sangat pentin," kata dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.